MATA INDONESIA, HANOI – Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Harris menuduh Cina menindas negara-negara di Asia Tenggara. Selama kunjungan regional, Kamala tak ragu menyerang Beijing dengan statement kerasnya yang bertujuan melawan pengaruh Cina yang kian besar.
Media pemerintah Cina pun menuduh Kamala berusaha membuat perpecahan antara Negeri Tirai Bambu dengan negara-negara Asia Tenggara lewat berbagai statement-nya yang ia lontarkan selama di Singapura.
Dalam kunjungan tersebut, Kamala mengatakan bahwa Cina menggunakan paksaan dan intimidasi untuk mendukung klaim Laut Cina Selatan yang melanggar hukum. Sementara saat kunjungan di Hanoi, Vietnam, Kamala mengatakan ada kebutuhan untuk meningkatkan tekanan pada Beijing atas klaim maritimnya.
“Kita perlu menemukan cara untuk menekan, meningkatkan tekanan … pada Beijing agar mematuhi Konvensi PBB mengenai Hukum Laut dan untuk menantang, intimidasi dan klaim maritim yang berlebihan,” kata Harris selama pertemuan dengan Presiden Vietnam Nguyen Xuan Phuc, melansir Reuters, Rabu, 25 Agustus 2021.
Cina, Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Taiwan, merupakan sederet negara yang mengklaim Laut Cina Selatan – yang dilintasi oleh jalur pelayaran vital yang berisi ladang gas dan daerah penangkapan ikan yang menjanjikan.
Cina bahkan telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan di kawasan Laut Cina Selatan. Beijing juga menolak kapal perang asing yang berlayar melalui apa yang diklaimnya sebagai perairan kedaulatannya.
Tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen yang berbasis di Den Haag memutuskan menentang klaim Cina. Akan tetapi Beijing tegas menolak putusan tersebut.
“Sambil menuding Cina dan menuduhnya melakukan pemaksaan dan intimidasi, Kamala Harris dengan sengaja mengabaikan kemunafikannya sendiri dalam upaya untuk memaksa dan mengintimidasi negara-negara regional untuk bergabung dengan Washington dalam skemanya untuk menahan Cina,” tulis China Daily dalam editorial menanggapi komentar Kamala Harris di Singapura.
Pidato Harris di Singapura adalah serangan tak berdasar terhadap China, kata editorial itu. “Tampaknya satu-satunya komitmen Amerika Serikat untuk Asia Tenggara adalah upaya berdedikasinya untuk mendorong irisan antara negara-negara Asia Tenggara dan Cina,” tambahnya.
Di Hanoi, Harris bertemu dengan para pemimpin puncak Vietnam dan menawarkan dukungan di beberapa bidang utama, termasuk peningkatan keamanan maritimnya dan lebih banyak kunjungan kapal Angkatan Laut AS ke Vietnam.
Pemerintah AS menyebut persaingan dengan Cina sebagai “ujian geopolitik terbesar” abad ini dan Asia Tenggara telah menyaksikan serangkaian kunjungan penting oleh pejabat tinggi pemerintahan AS, termasuk Menteri Pertahanan Lloyd Austin, yang mengunjungi Hanoi pada akhir Juli.