Pergerakan KST Papua Mampu ‘Dibaca’ Dengan Baik oleh Aparat TNI-Polri

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pergerakan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua tidak jarang menyulitkan namun masih bisa dibaca oleh aparat keamanan TNI-Polri. Meski kelompok separatis tersebut memanfaatkan berbagai strategi namun kapabilitas TNI-Polri dinilai mampu mengatasi berbagai tantangan selama menghadapi kelompok separatis tersebut.

Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai bahwa isu keamanan di Papua tidak hanya perihal teknis semata melainkan banyak faktor. Maka, segala persiapan harus dilakukan sebelum menghadapi kelompok separatis tersebut.

“TNI terutama pasukan yang sudah terlatih dalam peperangan hutan tidak perlu diragukan kemampuannya. Namun kasus di Papua tidak semata hanya kemampuan teknis tetapi banyak faktor termasuk pertimbangan agar masyarakat tidak menjadi korban yang sering kali dijadikan tameng hidup oleh KST Papua,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Sabtu 12 Februari 2022.

Terakhir, KST Papua melakukan penyerangan pada Pos TNI di Bukit Tepuk Kampung Jenggemok, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua. Adapun insiden ini berlanjut hingga terjadi kontak tembak yang menyebabkan dua prajurit TNI gugur.

Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga menegaskan jika seorang prajurit meninggal dunia di lokasi kejadian. Sementara satu orang lainnya sempat mendapatkan penanganan namun tidak tertolong.

“Dari dua prajurit TNI yang tertembak, satu orang meninggal dunia di tempat atas nama Serda Rizal. Sedangkan Pratu Baraza, yang terkena tembakan di bagian perut, setelah mendapat penanganan di Puskesmas Ilaga Kabupaten Puncak, namun tidak tertolong sehingga meninggal dunia,” kata Aqsha.

Adapun kedua korban sudah dievakuasi ke puskesmas terdekat. Namun aksi baku tembak antara anggota TNI dan KST Papua masih terus belanjut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Generasi Muda Harus Jaga Nilai Kemerdekaan di Tengah Gempuran Budaya Pop

Oleh: Aulia Sofyan Harahap )* Seluruh generasi muda Indonesia harus terus menjaga nilai kemerdekaan meski di tengah adanya berbagai macam gempuran budaya pop, termasuk yang sedangmenjadi tren belakangan ini yakni anime One Piece. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, ruang digital terus ramai memperbincangkan adanya fenomena pengibaran bendera bajak lautdari serial anime One Piece.  Simbol tengkorak dengan topi jerami itu muncul di sejumlah lokasi, yang kemudianmenyulut pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian menganggapnya sebagaibentuk ekspresi semata, namun sebagian lainnya justru menilai bahwa pengibaranbendera One Piece itu sebagai salah satu bentuk upaya provokasi yang berpotensimengaburkan nilai-nilai sakral kemerdekaan. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Ahmad Muzani merespons seluruh haltersebut dengan pandangan yang lebih moderat. Ia memandang bahwa tindakantersebut sebagai ekspresi kreatif dari masyarakat, terutama pada para generasimuda yang tengah hidup dalam era digital dan budaya global.  Meski begitu, ia tetap menegaskan bahwa sejatinya semangat kebangsaan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak akan pernah tergantikan oleh apapun bahkan termasuk keberadaan budaya pop sekalipun. Muzani meyakinibahwa di balik simbol asing yang diangkat tersebut, seluruh masyarakat sejatinyatetap menyimpan Merah Putih dalam lubuk hati mereka. Senada dengan hal itu, politikus Andi Arief memandang bahwa pengibaran benderatersebut memang bukan sebagai bentuk pemberontakan, melainkan sebagai simbolharapan. Ia membaca tindakan itu sebagai protes yang muncul dari keresahan, namun tetap mengandung semangat untuk membangun Indonesia tercinta. Bagi sebagian kalangan, ekspresi semacam itu bukan berarti meninggalkan kecintaanpada tanah air, tetapi justru sebagai bentuk pencarian atas harapan yang lebih baikbagi bangsa. Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli...
- Advertisement -

Baca berita yang ini