MATA INDONESIA, JAKARTA – Gelombang bawah laut yang kuat disinyalir menjadi penyebab lain kapal selam Indonesia, KRI Nanggala-402 turun dengan cepat dan tenggelam di kedalaman 850m di perairan Bali, pekan lalu dan menewaskan 53 awak.
Dua perwira senior Angkatan Laut Indonesia mengatakan bahwa pergerakan gelombang internal yang kuat terjadi di wilayah kapal selam KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak. Hal ini berdasarkan pada laporan gambar satelit cuaca Jepang Himawari-8 serta salah satu satelit Eropa.
Gelombang internal atau gelombang bawah air, tersembunyi seluruhnya di dalam lautan. Perbedaan antara gelombang bawah air dan air di sekitarnya adalah kepadatannya karena perbedaan suhu atau salinitas.
“Jika kita dihantam oleh gelombang internal (datang dari atas), itu adalah alam yang kita hadapi. Kita akan terseret oleh gelombang, mengirim kita untuk turun dengan cepat. Tidak ada yang bisa melawan alam,” kata Laksamana Muda, Iwan Isnurwanto.
Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut itu kemudian menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kepadatan air laut antara Selat Lombok dengan perairan yang jauh lebih dalam di utara Bali – tempat ditemukannya kapal selam KRI Nanggala-402.
Hari di mana kapal selam KRI Nanggala-402 dilaporkan hilang kontak, terjadi pergerakan besar-besaran akibat perbedaan kepadatan – dari tinggi ke rendah – yang menghasilkan gelombang internal yang sangat besar yang datang dari Selat Lombok, dengan kedalaman antara 200m dan 400m, ke perairan di utara Bali, yang kedalamannya umumnya lebih dari 1.000m.
“Kami berbicara tentang 2 juta hingga 4 juta meter kubik air menghantam Anda. Adakah yang bisa mengatasinya? Kapal selam KRI Nanggala-402 turun 13m dan bisa saja terperangkap dalam gelombang internal,” ucap Laksamana Muda Iwan, mengutip laporan citra satelit.
Juru bicara Angkatan Laut Indonesia, Julius Widjojono sebelumnya mengatakan, kontak dengan kapal selam KRI Nanggala-402 kemungkinan hilang pada ketinggian 600m hingga 700m di bawah air, sementara menurut desain, kapal tersebut dapat menahan kedalaman hingga 500m.
KRI Nanggala-402 yang merupakan kapal selam buatan Jerman tahun 1977 itu tengah melakukan latihan penembakan torpedo setelah meminta izin untuk menyelam lebih awal pada Rabu pekan lalu. Di tengah latihan, kapal selam itu hilang kontak dan tak dapat dihubungi.
Angkatan Laut juga mengatakan sebelumnya bahwa kemungkinan pemadaman listrik selama penyelaman statis mungkin telah menyebabkan kapal selam KRI Nanggala-402 kehilangan kendali dan membuatnya tidak dapat melakukan prosedur darurat.