MATA INDONESIA, JAKARTA – Pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta menilai bahwa situasi medan yang ekstrem di wilayah Papua bisa diatasi dengan baik. Caranya dengan mengoptimalkan kualitas aparat keamanan serta penggunaan teknologi dengan baik.
“Medan yang ekstrim bisa dihadapi dengan petugas yang terlatih, dengan kemampuan pertempuran hutan misalnya, dan dibantu dengan teknologi misalnya drone, dan alat surveillance lainnya,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Rabu 28 April 2021.
Pengamat intelijen ini juga menekankan untuk memperkuat pemetaan wilayah di Papua khususnya yang rawan konflik. Menurutnya, kondisi geografis serta cuaca juga patut menjadi pertimbangan dalam proses pemetaan wilayah.
“Selain itu yang utama tentu saja pemetaan wilayah, pengenalan medan, dan ini tidak mudah mengingat kondisi geografis yang cukup luas dan seringkali cuaca ekstrim,” kata Stanislaus.
Pemetaan wilayah dan kekuatan perlu dilakukan untuk mempersempit ruang gerak kelompok separatis Papua (KSP). Saat ini, aparat keamanan yang terdiri dari TNI-Polri terus mengejar KSP pimpinan Lekagak Telenggen.
Pengejaran itu berujung terjadinya baku tembak di Distrik Gome, Kabupaten Puncak, Papua pada Selasa 27 April 2021 pagi. Akibat insiden ini, lima anggota KSP tewas, satu aparat keamanan gugur dan dua aparat lainnya mengalami luka-luka.
Meski demikian, untuk identitas lima anggota KSP pimpinan Lekagak Telenggen, belum bisa diketahui secara detil.
“Untuk lima anggota kelompok separatis Papua pimpinan Lekagak Telenggen di Kampung Maki, Distrik Gome, Kabupaten Puncak, dinyatakan meninggal dunia akibat terkena tembakan,” kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal.