MATA INDONESIA, JAKARTA – Pendidikan di Afghanistan dan Filipina merupakan modal Jamaah Islamiyah (JI) menjadi kelompok teror yang militan. Salah satunya diketahui dari pembangunan kamp di Moro dan Mindanao, Filipina Selatan dengan bantuan dari kelompok teroris Abu Sayyaf.
Selain itu, teroris JI yakni Zulkarnain juga pernah berlatih militer di Afghanistan. Hal ini menunjukkan bahwa JI tidak main-main mempersiapkan kadernya untuk melancarkan aksi teror.
Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengkonfirmasi bahwa persiapan inilah yang menyebabkan mereka menjadi anggota yang terlatih.
“JI terlatih dengan baik dan organisasinya rapi mereka juga militan, apalagi banyak yang punya pengalaman dididik di Afganistan dan Filipina,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Senin 1 Maret 2021.
Militansi dari kelompok teroris JI terlihat dari rekam jejak mereka yang memiliki pusat latihan perang di sebuah vila di lantai dua Desa Gintungan, Kabupaten Semarang. Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menegaskan bahwa pelatihan dimulai sejak 2011 oleh seorang bernama Joko Priyono alias Karso dan delapan pelatih lain.
“Ada tujuh angkatan dengan total 96 (anggota),” kata Argo.
Meski sudah beberapa kali ditindak oleh aparat namun pergerakan JI masih menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Stanislaus juga pernah mengemukakan bahwa JI menjadi sel tidur dalam artian tidak beraktivitas.
Stanislaus juga menyatakan bahwa JI ini organisasinya sangat rapi dan kaderisasinya terancang dengan baik. Terlebih sebagian mereka sudah terlatih di Afghanistan dan Filipina. Maka pembongkaran terhadap kelompok JI dinilai akan lebih sulit dibandingkan kelompok teroris lainnya.