Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera Butuh Dana Rp 572 Triliun

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Dibutuhkan dana Rp 572 triliun untuk proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Dana ini disebut bertambah di beberapa aspek dari proyeksi sebelumnya.

Dirjen PPR Kemenkeu Luky Alfirman mengungkap pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera menghadapi sejumlah kendala.

Pembebasan lahan jadi salah satu hambatan dalam melanjutkan proyek JTTS ini, sehingga tak bisa usai sesuai target.

“Pembangunan JTTS di beberapa ruas itu juga terkendala oleh adanya peningkatan eskalasi bea konstruksi, perubahan struktur bangunan, termasuk juga adanya jalur-jalur konservasi satwa misalnya,” ujarnya.

Tantangan lainnya, kata dia, Internal Rate of Return (IRR) dari ruas JTTS masih rendah. Artinya, keuntungan dari investasi di beberapa ruas jalan tol trans Sumatera ini masih kurang menjanjikan.

“Dari 13 ruas JTTS tahap I, IRR proyek hanya ada di kisaran 3-12 persen bahkan hanya ada enam proyek yang IRR-nya di atas 10 persen,” katanya.

Adanya angka fantastis ini membuat pemerintah perlu mengambil strategi khusus. Caranya dengan membangun secara bertahap.

Pada pembangunan tahap I dan sudah beroperasi telah memiliki nilai investasi sebesar Rp 73 triliun. Meski bertahap, total yang dibutuhkan adalah Rp 572 triliun.

“Nah ini didukung dari pemberian PMN dari dari APBN dari pemerintah sebesar Rp 20,5 triliun dan penjaminan pinjaman sebesar Rp 36,7 triliun. Tahap I masa konstruksi masih butuh kurang lebih Rp 77 triliun yang didukung PMN sebesar Rp 73 triliun ini,” bebernya.

PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) akan melanjutkan dan mempercepat pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sesuai dengan amanah Presiden Republik Indonesia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jadi Duta Komunikasi WWF, Cinta Laura Ajak Generasi Muda Peduli Krisis Air

Bali – Duta Komunikasi World Water Forum (WWF) ke-10 Cinta Laura mengajak generasi muda untuk lebih peduli pada persoalan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini