MATA INDONESIA, PARIS – Pemerintah Prancis melarang penggunaan plastik untuk mengemas berbagai buah dan sayuran. Kebijakan ini mulai berlaku di negara pusat mode tersebut pada Sabtu (1/1).
Kebijakan ini memang selaras dengan kampanye menjaga lingkungan. Namun, di sisi lain membuat cemas industri pengemasan sektor tersebut.
Bukan rahasia bila para pemerhati lingkungan telah lama berkampanye menentang plastik sekali pakai karena mencemari alam. Dan kali ini, Presiden Prancis, Emmanuel Macron mendukung penuh langkah tersebut.
Akan tetapi, undang-undang penuh tidak akan diterapkan setidaknya hingga tahun 2026, yang memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi, termasuk pada penjualan buah merah yang dianggap mudah busuk.
“Kami tidak pernah dikonsultasikan,” keluh Kepala Asosiasi Interfel Sektor Buah dan Sayur, Laurent Grandin melansir France24.
Laurent mengatakan bahwa biayanya tidak dapat diatasi untuk perusahaan kecil yang harus tetap menggunakan plastik untuk melindungi ekspor, terutama ke Inggris, klien utama buah apel.
Pomanjou memproduksi hingga 40.000 ton apel setiap tahun di lembah Loire dan selama tiga tahun terakhir memperkenalkan kemasan karton 100 persen. Namun biaya pengepakan melonjak 20 hingga 30 persen, kata perwakilan perusahaan Arnaud de Puineuf.
Grup supermarket besar Casino mengatakan sekarang akan menjual tomat dalam kemasan karton dan menyediakan kantong kertas atau selulosa kepada pelanggan.
Sayangnya, kebijakan go green ini harus menumbalkan para produsen plastik. Perusahaan pengemasan mengatakan dekrit 8 Oktober mengejutkan mereka, terutama larangan plastik daur ulang.
“Kami memiliki perusahaan klien … yang harus menghentikan aktivitas pengemasan buah dan sayuran mereka, meskipun mereka telah bekerja pada alternatif menggunakan lebih sedikit plastik atau plastik daur ulang selama beberapa tahun,” demikian pernyataan dari asosiasi Elipso yang mewakili produsen.
Elipso dan Polyvia, serikat pekerja yang mencakup 3.500 perusahaan yang membuat pengemasan, telah mengajukan banding ke Dewan Negara Prancis, yang memiliki yurisdiksi atas perselisihan administratif, terhadap apa yang mereka katakan sebagai distorsi pasar Eropa karena larangan tersebut hanya berlaku untuk Prancis.
Tetapi Armand Chaigne, direktur pasar industri di perusahaan pengemasan DS Smith, melihat manfaatnya, terutama bagi produsen kardus.
“Diperkirakan di Eropa, dari 8 juta ton plastik yang diproduksi per tahun untuk kemasan sekali pakai, 1,5 juta ton sudah bisa dibuang. Itu mewakili sekitar 70 miliar unit kemasan plastik sekali pakai atau sekitar 7 miliar euro dari potensi omset tambahan untuk karton,” tutur Armand Chaigne.