Alutsista Warisan AS di Afghanistan Hanya Akan Menjadi ‘Bangkai’

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Selama bulan lalu, dunia menyaksikan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan sekutunya NATO menarik diri dari Afghanistan, menyusul jatuhnya kekuasaan Presiden Ashraf Ghani ke tangan Taliban.

Kepergian pasukan asing dari bumi Afghanistan pun menyisakan banyak ‘warisan’. Kini, kelompok tersebut dilaporkan memiliki lebih dari 2.000 kendaraan lapis baja dan 100 pesawat, termasuk UH-60 Black Hawk milik AS dan Mi-17 buatan Rusia.

Awalnya, beberapa orang berpendapat bahwa kendaraan itu tidak akan berguna bagi Taliban karena kurangnya operator yang berpengalaman. Faktanya, sebuah parade yang dilakukan Taliban belum lama ini di Kandahar menunjukkan bahwa mereka telah melatih operator kendaraan, termasuk pilot helikopter.

Keahlian Taliban dengan peralatan militer AS menunjukkan bahwa Taliban telah menyerap anggota Tentara Nasional Afghanistan. Selain itu, banyak lembaga melaporkan bahwa kelompok tersebut mendapatkan dukungan dari negara lain.

Dukungan asing ini akan memungkinkan Taliban memiliki akses tambahan ke operator dan instruktur kendaraan yang berpengalaman. Bagi banyak pihak, tentu saja ini tampak mengerikan dan mengancam.

Meski demikian, tidak ada jaminan berbagai peralatan canggih yang ditinggalkan Paman Sam akan memberi nilai tambah yang signifikan bagi kekuatan militer Taliban. Pada akhirnya, bukan tak mungkin berbagai peralatan ini berakhir bak kuburan alutsista Soviet yang ditinggalkan di seluruh wilayah Afghanistan pada 1989.

Pada parade di Kandahar, Taliban berhasil mengoperasikan Humvee lapis baja –kendaraan Angkatan Darat AS. Akan tetapi, kendaraan tersebut diketahui jarang digunakan karena minimnya perlindungan dari bom pinggir jalan.

“Memang, Taliban telah memamerkan beberapa peralatan baru yang dirampas selama mereka berkuasa, termasuk kendaraan Perlindungan Penyergapan Tahan Ranjau, helikopter Black Hawk, dan drone pengumpul intelijen,” tutur pakar militer AS, Vikram Mittal.

“Namun, kendaraan ini semuanya telah dilucuti dari elektronik sensitif sebelum diberikan kepada Angkatan Darat Afghanistan atau ditinggalkan oleh pasukan NATO,” sambungnya dalam artikelnya yang berjudul “Taliban Won’t Gain Much From U.S. Military Equipment Left In Afghanistan” yang dimuat Forbes.

Selain itu, ada ketidakselarasan antara kemampuan kendaraan ini dan jenis operasi yang akan dilakukan Taliban. Mereka telah menghabiskan minggu lalu bertempur di Lembah Panjshir, dan meskipun mengklaim telah merebut provinsi tersebut, pertempuran kemungkinan akan berlanjut.

Lereng curam di lembah dan kurangnya jalan membuat penggunaan kendaraan militer berat dan helikopter menjadi beban. Selain itu, para pejuang di Panjshir sudah mengetahui kelemahan kendaraan dan cara memanfaatkannya dengan bom pinggir jalan dan drone.

Lebih lanjut, kendaraan militer ini membutuhkan sejumlah besar perawatan, yang kemungkinan besar tidak akan dapat diberikan oleh Taliban bahkan dengan bantuan asing.

Pemeliharaan kendaraan militer ini membutuhkan keahlian teknis dan akses ke alat dan suku cadang khusus. Sebelum pengambilalihan Taliban, Tentara Nasional Afghanistan memanfaatkan dukungan kontraktor untuk keahlian teknis mereka dan saluran pasokan AS untuk peralatan dan suku cadang.

Masalah pemeliharaan semakin diperumit dengan kebutuhan akan alat dan suku cadang. Dengan banyak dari kendaraan ini adalah milik AS, kecil kemungkinan Taliban akan memiliki akses ke barang-barang ini.

Bahkan dengan akses ke saluran pasokan, barang-barang tersebut lebih cenderung berakhir di pasar gelap daripada di ruang perawatan. Ini adalah masalah umum yang dihadapi oleh Tentara Nasional Afghanistan dan dapat diharapkan menjadi masalah bagi Taliban. Mengingat tantangan pemeliharaan ini, kecil kemungkinan Taliban akan mampu menjaga kendaraan ini tetap beroperasi.

Sederhananya, parade kendaraan militer yang dirampas oleh Taliban hanyalah propaganda. Kendaraan tidak memiliki fungsionalitas penuh seperti yang digunakan oleh militer modern, tidak begitu berguna untuk operasi mereka saat ini, dan akan rusak tanpa perawatan yang tepat. Pada akhirnya, beberapa kendaraan akan diubah menjadi dekorasi, sementara sebagian besar akan dibuang.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tingkatkan Upaya Penutupan Situs Judi Online

Jakarta - Pemerintah terus meningkatkan upaya untuk memberantas konten judi online yang marak di berbagai platform digital. Berdasarkan data yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini