MATA INDONESIA, MEXICO CITY – Menteri kebudayaan dan perwakilan dari 150 negara berkomitemen untuk memperluas upaya mengembalikan artefak bersejarah ke negara asal mereka. Hal ini terjadi usai penyelenggaran konferensi UNESCO di Mexico City.
Museum-musem besar, rumah lelang, dan kolektor pribadi telah menghadapi tekanan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk memulangkan karya seni yang tak ternilai dan barang antik lainnya dari negara-negara Amerika Latin dan Afrika.
Beberapa pihak berpendapat bahwa barang-barang itu sering diambil secara tidak etis atau ilegal. Deklarasi dari cabang budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan dialog internasional yang terbuka dan inklusif tentang artefak yang diperoleh secara ilegal dan langkah konkret untuk memerangi perdagangan gelap barang antik.
Deklarasi tersebut menganggap budaya sebagai “barang publik global” yang harus dimasukkan dalam tujuan pembangunan PBB.
Kematian Ratu Elizabeth II telah memperbarui seruan di India untuk mengembalikan salah satu berlian terbesar di dunia yang belum dipotong dari permata mahkota Inggris, sementara Chili selama bertahun-tahun menuntut pengembalian patung Moai dari British Museum.
Pemerintah Meksiko sebelumnya telah menyerukan pengembalian lambang Aztec berusia 500 tahun yang dikenal sebagai hiasan kepala Montezuma dari museum Wina, tetapi para ahli menganggap bulu quetzal warna-warni berusia berabad-abad, dihiasi dengan liontin emas, terlalu rapuh untuk transportasi.