Pahami Makna Ogoh-Ogoh di Tahun Baru Saka 1944 dalam Perayaan Nyepi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Hari Raya Nyepi adalah Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka. Nyepi sendiri Berasal dari kata sunyi, senyap, dan tidak ada kegiatan. Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka, pertama kali diselenggarakan pada tahun 78 Masehi.

Tujuan Hari Raya Nyepi adalah untuk meminta permohonan kepada Tuhan, membersihkan umat manusia dan alam semesta. Oleh karena itu, perayaan ini memiliki makna sebagai hari pembaruan, kebangkitan, kedamaian, dan toleransi.

Terdapat sejumlah perayaan yang mengiringi Tahun Baru Saka ini. Umat Hindu akan mengikuti lima ritual di antaranya upacara Melasti, menghaturkan pemujaan, Tawur Agung, Nyepi, dan Ngembak Geni.

Bahkan terdapat beberapa pantangan untuk dijalankan semasa Hari Raya Nyepi atau disebut dengan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan dan Amati Lelanguan.

Selain itu, Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka begitu lekat dengan keberadaan ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh adalah boneka raksasa yang merupakan manifestasi Bhutakala. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhutakala adalah kekuatan Bhu atau alam semesta dan Kala (waktu) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Rupanya ogoh-ogoh sendiri memiliki makna tertentu dari setiap bentuk. Ogoh-ogoh kerap juga digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk hidup di Mayapada, Syurga dan Naraka, semisal bentuk naga, gajah, garuda, Widyadari, serta dewa.

Untuk lebih jelasnya mengenai Hari Raya Nyepi tanggal 3 Maret 2022 dan makna ogoh-ogoh,

Menurut para praktisi Hindu Dharma, prosesi ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat.

Ogoh-ogoh melambangkan pengakuan manusia akan kuasa alam semesta dan waktu dengan kekuatan yang dibagi dua. Pertama, kekuatan Bhuana Agung atau alam semesta dan kedua, Bhuana Alit atau kekuatan dalam diri manusi).

Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kedua kekuatan tersebut dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Tergantung dari niat manusia itu sendiri.

Umat Hindu Bali percaya bahwa ogoh-ogoh mempresentasikan sifat buruk di dalam diri manusia. Karenanya, mereka membuat ogoh-ogoh sebelum perayaan Nyepi. Setelah selesai berkeliling atau diarak, ogoh-ogoh dibakar sebagai simbol telah hilangnya sifat buruk di dalam diri manusia. Sehingga, mereka siap melakukan tapabrata pada Hari Raya Nyepi keesok harinya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Koordinasi Organisasi Lintas Agama, Wabup Sebut Sleman Representasi Rumah Bersama

Mata Indonesia, Sleman - Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa menghadiri pertemuan dan koordinasi organisasi lintas agama, bertempat di Gereja Kristen Jawa Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Minggu (22/12).
- Advertisement -

Baca berita yang ini