Ngeri, AS Mulai Latihan Perang Nuklir!

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Ketika ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus meningkat, Komando Strategis (STRATCOM) Amerika Serikat (AS) meluncurkan latihan militer Global Lightning skala besar.

Opsi ini dibuat guna mencegah agresi, bahkan di Eropa, yang didasarkan pada kemungkinan invasi Rusia ke negara-negara Baltik –sebuah skenario yang pada akhirnya meningkat menjadi penggunaan senjata nuklir.

Latihan ini adalah salah satu dari sedikit latihan perang reguler yang diadakan oleh Komando Strategis AS, komando nuklir Amerika di Omaha, Nebraska. Latihan Global Lightning dirancang guna menguji kesiapan STRATCOM untuk terlibat dalam perang nuklir.

“Sebagai latihan pos komando, Global Lighting berfokus terutama pada proses dan prosedur markas besar yang diperlukan untuk merencanakan dan menaggapi krisis militer,” kata juru bicara STRATCOM.

“Tidak ada bagian pelatihan lapangan terkait dari Global Lightning. Namun, pasukanSTRATCOM tetap ada, berjaga-jaga 24/7 untuk mencegah dan mendeteksi serangan strategis terhadap AS dan sekutunya,” sambungnya, melansir Newsweek.

Dari latihan utama STRATCOM, Global Lightning adalah yang paling fokus pada komando, kontrol, dan perusahaan komunikasi nuklir terintegrasi. Ini adalah inti dari kepura-puraan bertahan hidup terhadap serangan pertama dan perang nuklir yang berkelanjutan.

Di sini fokusnya adalah mengintegrasikan fasilitas komando baru seperti Fasilitas Komando dan Kontrol (C2F) milik STRATCOM sendiri, dengan pos komando lain yang dioperasikan oleh komando militer AS lainnya dan bahkan negara-negara sekutu di seluruh dunia.

Rencana perang nuklir bukan hanya tentang senjata nuklir lagi. Elemen perang yang sebenarnya menggabungkan begitu banyak kemampuan mematikan lainnya yang bukan nuklir, seperti pertahanan rudal, senjata rahasia (seperti senjata energi terarah), senjata konvensional jarak jauh, peperangan elektronik, serangan dunia maya, serangan luar angkasa, bahkan operasi khusus.

Selama lebih dari satu dekade, STRATCOM telah bekerja untuk menggabungkan semua kemampuan ini, baik bagian serangan kinetik dan non-kinetik, ke dalam satu rencana menyeluruh.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini