Nah Lho, Larangan Poligami Bagi Para Pemimpin Taliban

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Dalam Islam, poligami merupakan kondisi di mana seorang pria menikahi lebih dari 1 wanita. Meski diperbolehkan, poligami dalam Islam harus melewati sejumlah syarat yang mutlak harus terpenuhi.

Pria Muslim dapat diizinkan oleh agama untuk memiliki hingga empat istri sekaligus. poligami juga sudah termasuk legal di Afghanistan, Pakistan, dan beberapa negara yang mayoritas penduduknya Muslim.

Namun, pada awal tahun 2021, tepatnya Sabtu, 16 Januari, Pimpinan Taliban di Afghanistan mulai mengeluarkan dekrit larangan untuk pemimpin dan komandan Taliban memiliki banyak istri atau melakukan poligami.

Keputusan tersebut dikeluarkan ketika kelompok militan itu membahas persoalan masa depan negara dengan pemerintah Afghanistan.

Mengutip BBC, sejumlah sumber mengatakan, bahwa pemimpin Taliban prihatin atas tuduhan korupsi terhadap anggotanya yang berusaha mengumpulkan dana untuk menopang rumah tangga yang besar. Oleh sebab itu, sang pimpinan mengeluarkan dekrit larangan untuk poligami.

Selama bertahun-tahun, pejabat pemerintah di Afghanistan telah menunjukkan, bahwa para pemimpin Taliban sering menjalani gaya hidup mewah, sementara prajurit pangkat rendah dipaksa untuk hidup pas-pasan.

“Para prajurit tinggi Taliban muak bertarung sementara para pemimpin Taliban menikahi istri keempat dan kelima mereka dan bersenang-senang,” ujar Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat diskusi panel di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos tahun lalu.

Sejumlah laporan menunjukkan, bahwa komandan dan pejuang Taliban ternyata telah membayar harga pengantin mulai dari 2 juta hingga 8 juta per orang Afghanistan, atau sekitar USD 26.000 hingga lebih dari USD 100.000. Pembayarannya melalui dana gerakan Taliban sendiri atau dikumpulkan melalui cara-cara yang dipertanyakan.

Ada juga berbagai laporan bahwa komandan Taliban di Afghanistan telah mendapatkan istri dengan menggunakan kekerasan. Tekanan finansial dari harga pengantin pun membuat khawatir para pemimpin Taliban.

Sebagian besar pemimpin senior Taliban pun terbukti memiliki lebih dari satu istri, salah satunya adalah pejabat paling senior Taliban di Doha, Mulah Abdul Ghani Baradar. Ia memiliki tiga istri. Pemimpin Taliban sendiri juga memiliki dua istri.

Pejabat Taliban Mulah Abdul Ghani Baradar memiliki tiga istri.
Pejabat Taliban Mulah Abdul Ghani Baradar memiliki tiga istri.

Sang pendiri gerakan, almarhum Mullah Mohammad Omar, dan penggantinya, Mullah Akhtar Mansoor, keduanya juga memiliki tiga istri.

Hampir semua pemimpin gerakan Taliban yang berbasis di Doha memiliki banyak istri, termasuk mereka yang baru-baru ini dibebaskan dari tahanan Amerika Serikat di Teluk Guantanamo. Beberapa telah mengambil istri tambahan setelah mereka dibebaskan, sebagian besar dengan membayar uang pengantin dalam jumlah besar kepada mertua baru mereka.

Walau begitu, keputusan baru tersebut tidak berlaku bagi mereka yang sudah terlanjur melakukan beberapa pernikahan.

Keputusan yang tertera dalam dua halaman itu dikeluarkan atas nama pemimpin Taliban Afghanistan, Mullah Hibatullah. Ia tidak melarang pernikahan kedua, ketiga, atau keempat, tetapi memperingatkan bahwa sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk upacara pernikahan dapat mengundang kritik dari lawan-lawan Taliban.

“Jika semua pimpinan dan komandan menghindari poligami, mereka tidak perlu terlibat dalam praktik-praktik korupsi dan ilegal,” bunyi keputusan itu.

Keputusan tersebut memang memberikan pengecualian, mendukung pernikahan lebih dari satu bagi pria yang tidak memiliki anak, tidak memiliki anak laki-laki dari pernikahan sebelumnya, yang menikahi seorang janda, atau yang memiliki kekayaan keluarga untuk memiliki banyak istri.

Kemudian putusan tersebut menerangkan jika seorang pria yang ingin menikah dengan banyak istri harus meminta izin dari atasannya langsung sebelum mengatur pernikahan lain.

Berbagai sumber dari Taliban juga mengatakan, bahwa surat itu telah didistribusikan kepada orang-orang di Afghanistan dan Pakistan.

Di Afghanistan dan Pakistan, praktik poligami telah lama tersebar luas, terutama di kalangan masyarakat Pashtun. Seperti masa kerajaan Firaun, ketidakhadiran seorang anak dalam pernikahan, terutama anak laki-laki, disebut sebagai alasan untuk mengambil istri tambahan di pedesaan.

Jika janda di negara lain bebas untuk menikah dengan lelaki mana pun, hal itu tidak berlaku bagi janda di kalangan masyarakat Pashtun. Pasalnya, seorang janda sering dinikahkan dengan saudara laki-laki dari almarhum suaminya. Tindakan tersebut dianggap melindungi kehormatan janda dan keluarganya, meskipun saudara laki-laki itu mungkin sudah menikah. Bagi mereka yang lebih kaya, poligami pun dilihat sebagai simbol dan status.

Poligami di sana pun menjadi hal yang wajar karena didukung oleh kebiasaan “walwar” atau semacam uang kompensasi yang diterima oleh keluarga mempelai wanita sebagai imbalan untuk menikahkannya.

Walwar adalah sebuah tradisi adat, di mana pengantin laki-laki atau keluarganya harus membayar kepada kepala rumah tangga pengantin perempuan dengan sejumlah uang (atau barang dagangan). Uang tersebut dinilai sebagai ganti rugi orang tua pengantin perempuan atas finansial yang mereka derita saat membesarkan anak perempuan mereka.

Dalam masyarakat Pashtun, tradisi itu dapat menunjukkan masalah kehormatan. Semakin tinggi walwar, semakin tinggi pula penghargaan keluarga suami terhadap pengantin wanita.

Hingga akhirnya, kebiasaan tersebut berdampak pada tekanan ekonomi dan perubahan sikap sosial dalam beberapa dekade terakhir. Masyarakat Pashtun secara perlahan mulai mengurangi praktik itu, tetapi poligami tetap berjalan di dunia modern akibat “nafsu laki-laki”, kata Rita Anwari, seorang aktivis Afghanistan yang tinggal di Australia.

Islam mengizinkan laki-laki untuk poligami dengan kondisi tertentu, misalnya jika istri sebelumnya sakit atau tidak dapat melahirkan anak, dan ada juga peringatan keseimbangan tertentu dalam rumah tangga.

“Sayangnya, pria masa kini yang berkuasa telah melupakan semua itu dalam mengejar nafsu mereka,” ujar Anwari, menuduh mereka menggunakan “alasan-alasan kecil” untuk mengambil istri baru.

“Benar-benar salah untuk memiliki beberapa istri ketika seorang laki-laki tidak dapat merawat mereka secara setara, baik finansial, fisik, dan mental,” katanya.

Reporter: Indah Utami

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini