MATA INDONEISA, JAKARTA-Bermaksud untuk membuat karya seni untuk proyek tesisnya, mahasiwa seni di London membuang wortel sekitar 240 ribu wortel di luar Goldsmiths College. Namun, aksinya itu bukan mendapat decak kagum malah menuai banjir kritikan.
Dilansir dari laman Travel and Leisure, seniman bernama Rafael Perez Evans meluncurkan pameran masters of fine art (MFA), bertajuk Grounding.
Karya dengan puluhan ton wortel ini, bagi sang seniman adalah bentuk penghormatan pada masa mudanya dan keluarganya, yang merupakan petani di Spanyol. Menurut penjelasan di situs webnya, ia terlibat dalam metode protes, yang disebut Dumping.
Evan mengungkapkan, karya ini adalah tindakan membuang sayuran di jalan yang menjadi penghalang fisik sebagai langkah untuk memprotes penurunan harga produk. Ia pun berbagi kisah di balik proyeknya.
“Pada suatu kesempatan ketika saya masih sangat muda, saya ingat orang-orang sangat marah dan kesal karena harga lemon telah didevaluasi sedemikian ekstrem sehingga petani kehilangan uang untuk menjual persediaan mereka,” kata Evans.
Ia menambahkan, masalah tersebut membuat banyak petani protes dan membuang berton-ton lemon yang membuat layaknya lautan warna kuning.
“Hal ini, saya kira adalah saat pertama di mana saya menyadari kekuatan bagaimana devaluasi pemerintah dan perdagangan internasional memengaruhi petani,” katanya.
HypeBeast melaporkan, tak lama usai Evans merilis karyanya, teman-teman di Goldsmiths membuat akun Instagram bernama @goldsmithcarrots. Akun ini untuk memprotes karya seni yang disebut sangat boros.
Mahasiswa juga melanjutkan, Lewisham adalah salah satu wilayah termiskin di London dan pembuangan wortel secara massal di Goldsmiths ini sangat tidak sensitif.
Menjawab kritikan itu, Evans menyebut semua wortel adalah produk yang “tidak diinginkan” oleh industri makanan. Usai pameran, wortel akan dikumpulkan dan dikirim untuk diberi makan hewan.