MATA INDONESIA, JAKARTA – Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dinilai semakin terdesak menyusul baku tembak yang melibatkan aparat keamanan dan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora di Pegunungan Andole, Desa Tambarana, Kecamatan Poso. Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta menduga kondisi ini menjadi pertanda penumpasan mendekati akhir.
“Saya menduga ini adalah tanda-tanda waktu semakin dekat terhadap tertumpasnya kelompok MIT oleh aparat gabungan TNI-Polri,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, Kamis 4 Maret 2021.
Insiden ini menyebabkan satu personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Poso meninggal atas nama Praka Dedi Irawan. Sementara dari pihak MIT, dua anggota mereka tewas atas nama Alvin alias Adam serta Khairul alias Irul. Dua jenazah sudah dimakamkan di wilayah Kota Palu.
Sementara Kapolda Sulteng Irjen Pol Drs Abdul Rakhman Baso menilai pengejaran msih terus dilakukan Satgas Madago Raya di wilayah Pegunungan Andole. Ia juga mengatakan bahwa jumlah personel kelompok MIT saat ini sembilan orang yang terbagi menjadi dua kelompok kecil.
Maka melihat situasi ini, Kapolda Abdul Rakhman Baso mengklaim bahwa kelompok MIT pimpinan Ali Kalora mulai melemah.
“Mereka kekurangan logistik bahan makanan. Senjata yang dimiliki kelompok MIT ini tinggal tiga pucuk, yaitu dua pucuk senjata pendek dan satu pucuk senjata api panjang,” kata Abdul Rakhman.
Adapun kontak tembak telah berlangsung empat bulan setelah empat orang yang terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya tewas di Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Selain itu ada enam rumah dibakar. Salah satu rumah biasa dipakai sebagai tempat ibadah umat Nasrani.