MATA INDONESIA, JAKARTA-Usaha camilan tradisional terus dikembangkan di Kediri. Kali ini pemerintah Kediri melalui Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar mengajak milenial untuk berani membuka dan memperluas usaha camilan tradisional.
“Anak-anak muda harus belajar buat jajanan ini atau kalau dari sisi keluarga harus ada yang mau mewarisi. Atau mungkin bisa buka kelas magang, jadi anak SMK bisa magang buat opak gambir ini,” katanya di Jawa Timur.
Menurut dia, tantangan usaha saat ini semakin kompleks. Dengan adanya sentuhan dari milenial, tentunya usaha bisa dikembangkan, terlebih lagi adanya perbaikan dari sisi kemasan bisa lebih mempercantik dan menarik produk.
Bunda Fey, sapaan akrab Ferry Silviana Abu Bakar menegaskan, pihaknya juga berkomitmen untuk terus mendorong UMKM termasuk camilan tradisional untuk terus berkembang.
Dengan eksplorasi produk UMKM, akan lebih banyak masyarakat yang tahu keberadaannya, sehingga berniat untuk membeli.
“Kita semua harus tahu dan juga harus peduli terhadap jajanan tradisional. Karena ini saya bilang salah satu warisan budaya yang perlu kita lestarikan, kalau bukan kita lalu siapa lagi,” katanya.
Ia juga menambahkan, UMKM yang memproduksi opak gambir di Kedul Sentul, Kelurahan Bujel, Kota Kediri ini jumlahnya banyak. Dengan pembuatan camilan itu, Kedung Sentul bisa dijadikan kampung wisata edukasi opak gambir.
Bahkan proses pembuatannya dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal. Para murid bisa berkunjung, melihat langsung proses pembuatan bahkan bisa mencoba langsung cara pembuatannya.
“Setelah selesai, nanti mereka juga bisa bawa oleh-oleh opak gambir ini, yang dibeli dari sini. Saya rasa itu akan menjadi sebuah wawasan, wacana baru yang sangat bagus untuk anak-anak,” katanya.
Sementara itu, Siti, salah satu pembuat camilan opak gambir di Kelurahan Bujel, Kota Kediri mengaku dirinya masih membuat camilan ini dengan cara tradisional. Adonan opak gambir dituang ke dalam cetakan yang dibuat sendiri lalu dibolak-balik agar matang merata.
Setelah adonan matang secepatnya langsung digulung secara manual menggunakan tangan dalam keadaan masih panas, sehingga saat dingin akan mengeras dengan sendirinya.
Selain itu, cara memasak pun juga menggunakan arang kayu. Selain menambah sedap rasa dari opak gambir, juga panas yang dihasilkan bisa stabil serta bisa menekan biaya produksi.
Siti menyebut, setiap harinya bisa membuat lebih dari 7 kilogram opak gambir, yang dibuat mulai subuh hingga siang sekitar pukul 11.30 WIB. Untuk harga, camilan ini relatif terjangkau, yakni Rp40 ribu per kilogram.