MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian mengungkapkan bahwa Iran tengah membangun kapasitas nuklirnya. Diketahui, Teheran secara perlahan melakukan pelanggaran Pakta Nukli 2015 dengan memperkaya uranium hingga 20% kekuatan fisil di pabtik nuklir bawah tanah, Fordow.
Iran secara bertahap melanggar batasan kesepakatan pada program nuklir mereka, sejak Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menarik diri dari Pakta Iran pada 2018. AS kemudian kembali menjatuhkan sanksi ekonomi keras terhadap Iran demi menekan pembatasan program nuklir dan pengembangan rudal balistik.
Fakta ini diyakini akan mempersulit upaya Presiden AS terpilih, Joe Biden –yang akan dilantik pada 20 Januari, untuk bergabung kembali ke dalam Pakta Nuklir Iran 2015. Sebelumnya Biden telah berjanji akan membawa Paman Sam kembali ke dalam perjanjian tersebut, asalkan iran kembali patuh pada peraturan.
“Pemerintahan Trump memilih apa yang disebut kampanye tekanan maksimum di Iran. Hasilnya, strategi ini hanya meningkatkan risiko dan ancaman,” kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian kepada surat kabar Journa du Dimanche.
“Ini harus dihentikan karena Iran dan –saya katakana dengan jelas, sedang dalam proses memperoleh kapasitas (senjata) nuklir,” sambungnya, melansir Reuters, Minggu, 17 Januari 2021.
Tujuan utama kesepakatan tersebut adalah memperpanjang waktu yang dibutuhkan Iran untuk menghasilkan uranium yang cukup untuk membuat bom nuklir. Hal itu juga dapat dimanfaatkan untuk mencabut sanksi internasional terhadap negara yang dipimpin oleh Presiden Hassan Rouhani.
Sejumlah diplomat di negara Barat mengatakan, pelanggaran telah berulang kali dilakukan Iran, demi mengurangi waktu breakout menjadi jauh di bawah satu tahun. Akan tetapi, Iran menyangkal tuduhan bahwa ada niat untuk kembali menjalankan program nuklirnya.
“Diskusi sulit akan dibutukan mengenai proliferasi rudal balistik dan destabilisasi Iran di negara tetangganya di kawasan tersebut,” tuntas Le Drian.