Menguak Tabir Dana Taliban, dari Perdagangan Opium Hingga Bisnis dengan Cina

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Dunia dihebohkan dengan berita seputar Taliban yang berhasil merebut kekuasaan di Afghanistan. Ya, pemerintah Afghanistan dikalahkan oleh sebuah organisasi militer yang lebih adaptif selain karena korupsi yang akut.

Kelompok Taliban tidak perlu teori militer canggih dari para pakar strategis seperti Carl von Clausewitz. Taliban hanya mengandalkan teori kemenangan menyeluruh yang dipandu oleh gabungan ofensif politik dan manuver militer. Meski demikian, Taliban berhasil menjelma menjadi kelompok militer yang bisa merangsek ke segala lini.

Taliban juga tidak lagi mengandalkan penyergapan dan teror bom dalam menjalankan aksinya –melemahkan musuh. Melainkan, mereka mengelola 80 ribu pasukannya yang mahir memanfaatkan media sosial sama terampilnya dengan menggunakan AK-47.

Taliban yang sempat menguasai Afghanistan selama periode 1996-2001 itu menggabungkan operasi informasi, termasuk memanfaatkan seruan para tetua dan rangkaian pesan teks dan Twitter dengan perintah desentralisasi yang membuat para komandan lapangan mengetahui medan dan politik di wilayah masing-masing.

Begitu operasi militer berhasil, Taliban menguatkan operasi militer itu dengan menggelarkan pasukan semacam komando untuk memacu tempo ofensif militer. Pertanyataan berikutnya adalah, dari mana sumber dana Taliban selama ini?

Taliban diketahui memiliki dana perang senilai 2,3 miliar USD untuk mendanainya perjuangannya di Afghanistan, dengan jutaan USD berasal dari obat-obatan terlarang, sumbangan, dan real estat.

Banyak kalangan berasumsi bahwa kelompok militan itu akan bekerja sama dengan Cina di masa mendatang. Dan ada kemungkinan Taliban akan mendapatkan lebih banyak uang melalui kemitraan dengan Cina, demikian dikatakan dosen senior Hubungan Internasional di Universitas Nasional Australia, Charles Miller.

“Cina telah membuat tawaran ke Taliban untuk beberapa waktu. Saya pikir orang Cina ingin mulai berbisnis dengan Taliban dan salah satu alasannya adalah Afghanistan memiliki cukup banyak sumber daya alam, terutama lithium yang digunakan dalam baterai dan bijih besi,” tutur Charles Miller kepada New Zealand Herald.

“Meskipun cadangannya tidak sebesar yang dimiliki Australia, jika Cina dan Taliban bersahabat satu sama lain, Cina memiliki sumber yang lebih dekat dan lebih dapat diandalkan daripada Australia, jadi saya pikir Taliban mungkin akan memiliki sumber yang lebih baik dan lebih banyak uang. Tidak akan mengejutkan karena mereka mengundang perwakilan Taliban ke Beijing satu atau dua bulan lalu,” tuturnya.

Sumber pendapatan Taliban diungkapkan oleh Mullah Yaqoob, putra mendiang pemimpin spiritual Taliban Mullah Mohammad Omar, dalam sebuah laporan rahasia yang ditugaskan oleh NATO dan kemudian diperoleh oleh Radio Free Europe/Radio Liberty.

Selain dari pertambangan, berdasarkan laporan keuangan Maret 2020, Taliban meraup 600 juta USD dari perdagangan opium. Sementara real estat menyumbang sebesar 115 juta USD, menurut pakar keuangan Taliban Hanif Sufizada dari Universitas Nebraska Omaha.

Sebagai catatan, Afghanistan menyumbang sekitar 84 persen dari produksi opium global selama lima tahun yang berakhir tahun 2020, dengan banyak dari keuntungan obat-obatan terlarang itu diberikan kepada Taliban.

“Itu termasuk petani Afghanistan yang membudidayakan opium, bahan utama opium, laboratorium yang mengubahnya menjadi obat dan pedagang yang memindahkan produk akhir ke luar negeri,” katanya.

Miller mengatakan salah satu alasan mengapa Taliban begitu sukses adalah karena kemitraannya dengan perdagangan opium.

“Afghanistan adalah salah satu produsen utama opium mentah dunia dan karena Barat memutuskan dengan benar sekitar tahun 2005 bahwa mereka akan mulai membatasi perdagangan narkoba … itu menarik perdagangan opium ke tangan Taliban,” ucapnya.

Adapun sumbangan amal berasal dari badan amal dan perwalian swasta yang berlokasi di negara-negara Teluk Persia dan ada dalam daftar kelompok yang mendanai terorisme oleh Departemen Keuangan AS, kata Sufizada.

“Warga swasta dari Arab Saudi, Pakistan, Iran, dan beberapa negara Teluk Persia juga membantu membiayai Taliban, menyumbang 60 juta USD per tahun untuk Jaringan Haqqani yang berafiliasi dengan Taliban, menurut badan kontra-terorisme Amerika,” tulisnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini