Menghadang Varian Omicron di Semua Gerbang Masuk Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Penyebaran Omicron tidak mudah berhenti begitu saja. Meski penjagaan terhadap pintu-pintu masuk darat, laut, sangat luar biasa ketat. Dengan mandatory karantina 10 hari bagi pelaku perjalanan internasional, toh varian baru dengan kode genom B.1.1.529 itu selalu saja punya jalan untuk melakukan penyusupan.

Maka, kasus penularan lokal pertama varian Omicron dari keluarga Covid-19 pun ditemukan di Indonesia.

Pasien pertama tersebut adalah seorang berinisial N. Usia 37 tahun, warga Medan, yang melakukan perjalanan ke Jakarta.

Bersama isterinya, N datang di Jakarta 6 Desember 2021 dengan status bebas Covid-19, menurut hasil pemeriksaan di Medan, untuk memenuhi peraturan penerbangan. Pada 19 Desember keduanya melakukan pemeriksaan PCR, guna memenuhi syarat penerbangan kembali ke Medan.

Hasilnya, pada 20 Desember N positif Covid-19, tapi dan istrinya negatif. Spesimen N pun menjalani  pemeriksaan genom squencing. Dan hasilnya pada 26 Desember memastikan bahwa virus Covid-19 yang menginfeksinya adalah dari varian Omicron. Pemerintah pun mengumumkan temuan itu, menyusul pengungkapan 46 kasus yang tercatat sehari sebelumnya.

“Kami sampaikan adanya satu kasus transmisi lokal Omicron di Indonesia. Sehingga sampai Selasa, 28 Desember ini terdapat 47 kasus konfirmasi positif Omicron di Indonesia, di mana 46 kasus adalah kasus impor dan satu kasus transmisi lokal,” kata Juru Bicara Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dokter Siti Nadia Tarmizi.

Dokter Siti Nadia menekankan “transmisi lokal” untuk menekankan bahwa pasien N asal Medan itu tertular di dalam negeri. Ia tak punya riwayat melakukan perjalanan internasional. Saat ini, kata Siti Nadia, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, pasien diisolasi dan dirawat di rumah sakit, sambil menjalani evaluasi untuk melacak sumber penularannya.

Pemerintah juga mengantisipasi kemungkinan penularan oleh N. Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) DKI untuk melakukan tracing di tempat yang sempat dikunjungi pasien, yakni blok perkantoran dan perbelanjaan SCBD di Kawasan Semanggi, Jakarta Selatan. “Selanjutnya tentu akan dilakukan swab PCR kepada beberapa pegawai,” kata Nadia.

Kasus Omicron atas diri N warga asal Medan itu cukup mengejutkan. Sehari sebelumnya, Siti Nadia baru mengumumkan adanya 27 kasus baru Omicron, yang membuat kasus di Indonesia menjadi 46. Hampir semuanya imported case, yakni pelaku perjalanan internasional yang tertular di luar negeri. Sebagian besar mereka WNI dan ada sejumlah WNA. Insidensi Omicron itu terkuak selama mereka menjalani karantina.

Masa karantina itu sendiri mengundang risiko adanya penularan. Setidaknya, dua pekerja tertular, yakni seorang petugas kebersihan dan seorang tenaga kesehatan (nakes). Mereka terpapar dalam lingkungan tempat karantina di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

Sistem karantina Covid-19 di Indonesia sendiri tak  sepenuhnya sempurna. Menko Marinves Luhut Binsar Pandjaitan,  mengakui, seorang pelaku perjalanan internasional lolos dari tempat karantina pada hari ke-7 dari 10 hari yang seharusnya. Pasalnya, ia bisa menunjukkan hasil tes PCR mandiri (dengan biaya sendiri) dengan hasil negatif.

Atas bukti itu ia diizinkan menjalani isolasi mandiri. Namun, beberapa hari kemudian, pemeriksaan genome squencing menunjukkan pasien mengidap Omicron. Sejauh ini tidak ada bukti telah terjadi penularan di luar tempat karantina. ‘’Namun, saya harapkan, hal semacam ini jangan  terjadi lagi,’’ kata Menko Luhut Pandjaitan.

Perihal imported cases tampaknya sulit dihindari. Dalam pekan terakhir 2021 ini saja diperkirakan sedikitnya 5.000 pelaku perjalanan internasional mendarat di Jakarta. Sebagian mereka ialah  pekerja migran Indonesia (PMI), pelancong, pebisnis, dan  mahasiswa, yang bertolak dari negara-negara yang telah mengalami transmisi lokal Omicron.

Peta sumber penularan Omicron telah berubah. Bila pada awal Desember 2021, yang diwaspadai sebagai sumber Omicron adalah Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, Eswatini, Mozambiq, Malawi, dan beberapa negara Afrika lainnya (13 negara), menjelang  Hari Raya Natal, sudah  berkembang menjadi puluhan. Bahkan, per 28 Desember, Omicron  sudah mencapai 89 negara, dan banyak di antaranya yang sudah mengalami penularan lokal (local transmission).

Tak heran bila dari 26 orang pelaku perjalanan yang mendarat di Jakarta, yang teridentifikasi telah terpapar Omicron, hanya satu orang yang bertolak dari embarkasi Kenya. Sebagian lainnya diduga terinfeksi di Malaysia, Uni Emirat Arab, Arab  Saudi, Mesir, Malawi, Spanyol, Inggris, dan Turki. Pada kesempatan sebelumnya ada yang datang dari Amerika Serikat. Banyak di antara pembawa varian Omicron itu baru teridentifikasi positif setelah beberapa hari menjalani karantina.

Dengan fakta-fakta tersebut, Dokter Siti Nadia menegaskan bahwa kebijakan wajib karantina atas pelaku perjalanan internasional itu cukup efektif menangkal imported case. Wajib karantina berlaku 14 hari bagi yang punya riwayat singgah di negara-negara yang terjangkiti Omicron (14 negara di Afrika), dan 10 hari untuk negara yang lain.

‘’Pemerintah mempertimbangkan karantina 14 hari untuk mereka yang datang dari negara dengan transmisi lokal yang tinggi, seperti Turki misalnya. Tapi, durasi 10 hari sejauh ini cukup efektif,” ujar Siti Nadia. Dari 47 kasus di Indonesia, belum ada kasus pasien yang mengalami serangan parah. Dan tidak muncul kasus kematian.

Dominan

Penularan Omicron terus menunjukkan perkembangan yang semakin mengkhawatirkan. Baru sebulan sebagai variant of concern (VoC), Omicron telah menular ke banyak negara seraya  tumbuh menjadi varian yang dominan. Central Desease Control and Preventin (CDC), otoritas yang menangani penyakit menular di AS, menyatakan bahwa Omicron bertanggung jawab atas lonjakan kasus Covid-19 di negaranya.

Sekitar 73 persen kasus harian, yang kini mencapai 260 ribu, bahkan pernah meledak setinggi 540 ribu kasus pada Senin, 27 Desember, adalah kontribusi Omicron.

Di Inggris Omicron juga merajalela dan kini menjadi varian dominan. Kasus harian rata-rata sepekan terakhir mencapai 113 ribu, hampir dua kali lipat dari puncak kasus harian Desember 2020. Tingkat okupansi melonjak 53 persen dalam sepekan.

Ketika Pemerintah Afsel melaporkan temuan varian baru B1.1.529 pada 24 November 2021. WHO menetapkannya sebagai VoC dengan nama Omicron, dua hari kemudian. Varian baru ini cepat menyebar. Laporan awal dari Afsel menunjukkan bahwa varian baru ini mudah menular kepada mereka yang sudah menjalani vaksinasi dosis lengkap dan bisa menjangkiti para penyintas. Kasus reinfeksi banyak terjadi.

Eropa bakal menjadi koloni baru sekaligus  transit bagi Omicron. Arus manusia lewat jalur udara dari Afsel ke kota-kota besar di Eropa seperti Amsterdam, London, Paris, sangat padat. Rute ke Afsel ialah jalur gemuk. Memang, per 26 November negara-negara Eropa menutup penerbangan dari dan ke semenanjung Afrika. Tapi, Omicron sudah menyusup masuk pada hari-hari sebelumnya, melalui penumpang yang tanpa gejala.

Sejauh ini, WHO belum merilis pernyataan resmi atas keganasan Omicron. Epidemiolog terkemuka dari Imperial College London,  Dr Maria D Van Kerkhove, mengatakan bahwa belum tersedia cukup data untuk menyebut keparahan dan tingkat kematian. Namun, ia mengatakan, ada indikasi kuat dengan mutasinya yang masif.  Omicron memiliki kelebihan menginfeksi manusia dalam skala yang besar. Omicron telah menembus negara-negara dengan tingkat vaksinasi tinggi seperti Belanda, Inggris, dan Prancis.

Di Afrika Selatan, Omicron menjadi varian dominan. Kasus Covid-19 sudah mulai melandai. Sempat mencatat kasus harian 25–37 ribu pada pekan kedua Desember. Setelah itu menurun, dan per 28 Desember hanya mencatat kasus harian 7.200 dengan angka kematian 52 orang.

Kementerian Kesehatan Afsel menyatakan, risiko pasien masuk rumah sakit (karena mengalami gejala berat) akibat Omicron turun 80 persen.

Gambaran serupa juga terlihat di Inggris. The UK Health Security Agency Inggris menyatakan, risiko masuk rumah sakit bisa berkurang 70 persen pada pasien Omicron. Data per 28 Desember 2021 pada UK Health Security Agency menunjukkan adanya 177 ribu pasien yang telah terkonfirmasi Omicron. Dari jumlah itu, ada 668 pasien mendapat perawatan di rumah sakit dan 49 pasien meninggal dunia.

Menjaga Gerbang

Meski pun belum ada angka korban dan angka kematian yang dramatis mengiringi lonjakan varian Omicron, Pemerintah Indonesia tidak mau mengambil risiko. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan, penjagaan seluruh pintu gerbang masuk baik melalui jalur darat, laut, akan sangat ketat. Pelaku perjalanan  internasional yang datang harus menjalani karantina.

‘’Kita harus melindungi 270 juta masyarakat yang saat ini kondisinya sudah baik. Proses karantina kedatangan perjalanan luar negeri ialah untuk melindungi warga kita dari penularan virus Covid-19. Termasuk Omicron,” kata Menteri Budi Gunadi.

Pengetatan karantina dengan teknologi baru tes PCR yang bisa melihat marker Omicron. Piranti itu ialah jenis PCR terbaru, yang bisa menandai seluruh asam nukleat khusus yang menjadi penanda virus Covid-19. PCR akan mengenal Varian Omicron ini karena absennya 3–4 asam nukleat. Standard yang hadir dalam virus corona spike pada umumnya. Maka, penyebutan teknik pemeriksaan ini adalah S-Gene Target Failure.

Dengan kehadiran PCR canggih ini, pintu-pintu gerbang masuk ke Indonesia, seperti bandar udara, pelabuhan, dan pos pelintasan dasar, lebih cepat dalam memeriksa pelaku perjalanan. Dalam 4–6 jam, proses pemeriksaan itu tak hanya bisa memastikan orang negatif atau positif Covid-19. Lebih dari itu.

Kemenkes mendatangkan 15 mesin genome sequencing. Mesin ini nantinya akan terkirim ke beberapa wilayah di Indonesia.

Selain mempercepat dan menambah cakupan surveilens genomik, mesin itu berguna untuk mengonfirmasikan temuan dari proses S-Gene Target Failure. Dengan adanya transmisi lokal, boleh jadi kebutuhan surveilans akan semakin tinggi.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini