MATA INDONESIA, JAKARTA – Abu Sayyaf (ASG) merupakan pecahan dari kelompok radikal Moro National Liberation Front (MNLF) di Filpina. Keputusan untuk berpisah dari MNLF ditenggarai adanya penolakan dari sejumlah anggota terhadap rekonsiliasi damai antara MNLF dengan pemerintahan Filipina. Akhirnya terbentuklah ASG pada tahun 1989. Perbedaan pendapat sebelumnya telah melahirkan organisasi baru lainnya yaitu Moro Islamic Liberation Front (MILF) pada 1980.
ASG dan MILF berbasis di daerah-daerah seperti Basilan, Tawi-Tawi dan Sulu. Keduanya mengendepankan pembentukan negara Islam di wilayah Filipina. Khusus ASG, organisasi ini bisa dikategorikan berbahaya karena menggunakan kekerasan seperti menculik hingga membunuh tawanannya.
Abdulrajak Abubakar Janjalani, merupakan pendiri ASG yang lahir dari keluarga Muslim-Kristen di Basilan pada 8 November 1953. Ia mengenyam pendidikan di Arab Saudi pada 1981 sekaligus belajar beladiri militer di Libya dan Suriah. Ilmu yang dipelajari yaitu fundamentalisme Islam dibawa dan coba diterapkan di Filipina.
Sejak kematian Abdulrajak, ASG bergerak secara diam-diam di Filipina dengan membentuk kelompok-kelompok kecil. Mereka semakin kuat karena mendapat dukungan dari masyarakat miskin di sejumlah wilayah Filipina. Alhasil pemerintah Filipina kesulitan untuk mengantisipasi pergerakan ASG di wilayahnya.
Pergerakan ASG semakin sulit dikendalikan karena kelompok ini melakukan berbagai cara untuk bisa bertahan dan memperkuat basisnya. La Verle Berry beserta peneliti lainnya dalam A Global Overview of Narcotics-Funded Terrorist and Other Extremist Group mencatat terdapat beberapa sumber pendanaan bagi Abu Sayyaf yaitu penculikan dengan tebusan, penjualan narkotika dan bantuan dari negara-negara pendukung.
Penculikan dengan tebusan umumnya dilakukan terhadap warga asing seperti Amerika Serikat. Penculikan dilakukan terhadap satu pasangan yaitu Martin dan Gracia Burnham di Paliwan tahun 2001. ASG berhasil meraup jutaan dollar dari hasil penculikan ini.
Perdagangan narkoba juga menjadi cara bagi ASG mendapatkan dana segar. Narkoba jenis marijuana dijual kepada Bandar narkoba di Filipina. Intelijen Filipina mengindikasikan barang terlarang tersebut berasal dari Jolo dan Basilan, bahkan perdagangannya sudah mulai merambah ke luar negeri.
Satu hal lagi yang tidak kalah penting, yaitu keterlibatan negara asing untuk mendukung pergerakan ASG. Libya menjadi salah satu negara yang konsisten mendukung ASG dengan memberikan bantuan dana pada tahun 1991. Inilah beberapa faktor pendukung yang membuat ASG masih bertahan sampai saat ini. Bahkan pengaruhnya kini pergerakannya sudah merambah ke beberapa negara Asia Tenggara, salah satunya Indonesia.