Melihat dari yang Sudah-Sudah, Ini Lho 5 Ciri Khas Siswa yang Tembus SBMPTN

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Pendaftaran SBMPTN 2019 sudah dibuka sejak Senin ini, 10 Juni 2019. Waktunya bagi para calon mahasiswa berjuang menghadapi sederet tahapan ujian seleksi demi lolos ke universitas impian.

Nah belajar dari yang sudah-sudah, ternyata ada lho beberapa ciri khusus siswa yang biasanya tembus SBMPTN. Apa saja sih cirinya? Berikut ulasannya.

Fokus Pada Mimpinya

Biasanya, mereka yang lolos SBMPTN adalah siswa-siswa yang setia dan fokus pada mimpinya. Mereka tahu jelas apa kelebihan dirinya, apa jurusan yang diminatinya, dan apa mimpi masa depannya. Mereka pun memprioritaskan dan memfokuskan waktu dan usahanya untuk meraih mimpi tersebut sehingga tak mudah terganggu dengan hal-hal lain.

Berani Keluar Zona Nyaman

Mereka yang mampu keluar dari zona nyaman, biasanya akan berhasil dalam persaingan menembus SBMPTN. Mereka rela mengorbankan waktunya untuk belajar maksimal dan mengeluarkan segenap kemampuan diri. Akhirnya, mereka pun berhasil membentuk diri agar layak diterima di jurusan dan universitas impian.

Tidak Menghafal Tipe Soal atau Rumus, Tapi Memahami Konsep

Mereka yang berhasil umumnya memiliki sistem belajar yang tak hanya menghafal tipe soal atau rumus, tetapi memahami secara jelas konsepnya. Jadi, mulai sekarang jangan mengandalkan cara belajar menghafal ya gaes.

Tidak Cepat Puas dengan Nilai TO

Mereka tidak cepat puas dengan pencapaian yang sebelumnya. Termasuk pencapaian nilai TO. Meski nilai try out memuaskan, mereka tak lengah dan akan terus belajar maksimal.

Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin

Mereka yang berhasil lolos SBMPTN biasanya punya manajemen waktu yang baik. Mereka mempersiapkan segala sesuatunya secara matang. Memanfaatkan waktu liburan untuk fokus belajar dan mempersiapkan mental sebaik-baiknya.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini