Masuk Rekor Muri, CAKRA dan Litedex Protocol Bikin Perjanjian di Metaverse

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Metaverse akan menjadi tren baru dalam dunia teknologi digital di Indonesia. Saat ini dunia industri sudah mulai mengadopsi teknologi Metaverse. Hal ini dilakukan saat Asosiasi Cipta Karsa Adikarya (CAKRA) berkolaborasi dengan Litedex Protocol.

Keduanya melakukan penandatanganan kerjasama di metaverse atau ‘Metaverse Signing Agreement’. Dan ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).

Metaverse Signing Agreement ini dilakukan oleh Chief Executive Officer of Litedex Protocol, Andrew Suhalim, Ketua Asosiasi CAKRA, Ivan Chen dan Wakil Menteri Perdagangan RI, Jerry Sambuaga, secara virtual 3D di metaverse pada Senin 14 Maret 2022.

Kesepakatan ini menjadi momentum bagi perkembangan teknologi metaverse di Tanah Air. Hal ini karena keduanya merupakan platform murni karya anak bangsa yang berorientasi global.

Sebagai asosiasi game developer dan blockchain developer, CAKRA dan Litedex Protocol melakukan kerjasama jangka panjang untuk pengembangan dunia metaverse Tanah Air. Untuk itu, dibutuhkan tenaga ahli yang mumpuni dalam jumlah besar.

Menghadapi tantangan sekaligus peluang di era metaverse ini, Indonesia akan membutuhkan talent-talent yang berkualitas dan unggul seiring hadirnya teknologi baru seperti blockchain dan turunannya seperti NFT, Play-to-earn games dan metaverse.

Dan industri-industri baru ini bisa membuka jutaan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, kebutuhan sekitar 15 juta tenaga ahli untuk mengembangkan proyek-proyek digital di dunia blockchain ini. Untuk mengejar perubahan dunia yang semakin cepat, Indonesia harus proaktif dalam menyesuaikan kurikulum baik di tingkat Pendidikan Vokasi maupun Perguruan Tinggi.

Litedex Protocol adalah perusahaan lokal yang fokus untuk membangun pondasi Metaverse dengan konsep MetaFinance. Chief Executive Officer Litedex Protocol, Andrew Suhalim mengatakan dengan talent-talent IT dan blockchain yang ahli di bidangnya, Litedex Academy berkomiten untuk membagikan pengetahuan teknologi blockchain dan turunannya kepada berbagai institusi pendidikan. Hal ini untuk mengejar ketinggalan talent-talent Indonesia di tengah pesatnya perkembangan teknologi.

Beberapa tahun yang lalu Asosiasi CAKRA telah sukses menginisiasi project kolaborasi lintas sektor di Indonesia.  Saat itu menghasilkan game esports bergenre MOBA pertama di Indonesia dengan nama LOKAPALA. Asosiasi CAKRA juga berharap bisa melaksanakan program percepatan industri gim dengan skema knowledge transfer dalam project-based learning. Yaitu membangun 3-5 gim dengan skala besar dan melibatkan berbagai elemen dan institusi pendidikan. Yaitu Pendidikan Vokasi dan Perguruan Tinggi. Blockchain akan menjadi salah satu teknologi strategis dalam industri gim dan berbagai bidang lainnya.

CAKRA bekerjasama dengan Litedex Protocol melalui Litedex Academy. Keduanya menjalin kesepakatan untuk memberikan edukasi dalam teknologi blockchain, NFT dan game development. Edukasi ini kepada 14.000 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik di seluruh Indonesia.

Target ini sekaligus menjadi perwujudan visi CAKRA dan Litedex untuk menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat di sektor industri gim dan Blockchain.

Wakil Menteri Perdagangan RI, Jerry Sambuaga menyambut gembira atas prakarsa CAKRA dan Liredex. ”Dengan adanya edukasi secara intensif mampu menciptakan ‘crypto savy’ di tengah masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Hal ini seiring dengan meningkatnya pengguna Crypto di Indonesia. Sebanyak 4 juta user di tahun 2020 hingga 11 juta user di tahun 2021. Dengan total volume transaksi mencapai 859,4 triliun. ”Kedepannya aset crypto buatan Indonesia akan menjadi salah satu komoditas ekspor,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upayakan Berantas Penumpukan Sampah Liar, Pemkab Bantul Optimalisasi 15 TPS3R

Mata Indonesia, Bantul - Pemkab Bantul terus mencari solusi terhadap sampah yang belum terkondisi di beberapa titik. Tak jarang masyarakat hingga pelaku usaha cukup kesulitan harus membuang kemana sampah mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini