Jakarta – Penguatan sumber daya manusia (SDM) dinilai sebagai langkah krusial dalam mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. Salah satu strategi nyata yang kini tengah digalakkan pemerintah adalah melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang diyakini menjadi investasi jangka panjang dalam membangun kualitas generasi bangsa.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus Direktur Program Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta, Prof. Chandra Yoga Aditama menegaskan bahwa SDM merupakan fondasi utama kemajuan suatu bangsa.
“Pada dasarnya membangun bangsa dimulai dari membangun rakyatnya. Maka pembangunan SDM harus menjadi prioritas utama. Hal ini juga sudah tercantum dalam astacita, sehingga patut diapresiasi,” ujarnya dalam acara Sapa Indonesia Malam di RRI.
Menurut Prof. Chandra, terdapat dua elemen utama dalam pembangunan SDM, yaitu kesehatan dan pendidikan.
“Dengan kesehatan dan pendidikan yang baik, maka seseorang akan mampu berkontribusi secara optimal, baik dalam kehidupan pribadinya, keluarga, maupun bangsa dan bahkan dunia,” jelas Prof. Chandra.
Dalam konteks ini, asupan makanan bergizi menjadi salah satu komponen vital dalam menunjang kesehatan. Ia menyebutkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat sangat berkaitan erat dengan konsumsi makanan bergizi.
“Jika makanan bergizi diberikan secara rutin di sekolah, tentu sangat mendukung proses pendidikan karena anak-anak akan lebih sehat dan siap belajar,” tambahnya.
Program MBG yang sudah mulai diimplementasikan di sejumlah daerah pelosok tanah air pun mendapat respons positif dari masyarakat. Namun, Prof. Chandra menekankan pentingnya prioritas penerima manfaat program ini.
“Sebaiknya program ini diutamakan untuk anak-anak yang benar-benar membutuhkan, khususnya di wilayah terpencil dan terpelosok yang minim akses fasilitas,” tuturnya.
Dalam pelaksanaannya, Prof. Chandra juga mengingatkan pentingnya menjaga kualitas makanan sesuai dengan standar kesehatan global.
“WHO memperkenalkan konsep from farm to plate, yakni menjaga kualitas makanan mulai dari pemilihan bahan, penyimpanan, pengolahan, hingga distribusi ke sekolah. Bahkan, pengolahan limbah pun harus diperhatikan,” katanya.
Menurutnya, metode yang diterapkan sejauh ini menunjukkan hasil yang lebih baik dari yang dibayangkan, dengan limbah yang relatif minim. Namun demikian, untuk menjamin kualitas program secara keseluruhan, diperlukan sistem pemantauan yang komprehensif dari hulu ke hilir.
“Monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh. Pertama, melihat rantai pasok dari hulu ke hilir. Kedua, pelaksanaan di lapangan juga harus diperhatikan secara menyeluruh. Ketiga, yang paling penting adalah adanya peran serta semua pihak. Tidak cukup hanya pemerintah, tapi perlu keterlibatan masyarakat, dunia usaha, dan lembaga pendidikan,” ucap Prof Chandra.
Prof. Chandra menegaskan, jika dikelola dengan benar dan berkelanjutan, Program MBG akan menjadi investasi jangka panjang yang sangat berarti dalam mencetak generasi sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi — sebagai pondasi utama menuju Indonesia Emas 2045.