MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Usai lengser dari jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tampaknya dibayang-bayangi oleh intimidasi bahkan aksi balas dendam.
Akun Twitter resmi Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei memposting gambar seorang pria yang tengah bermain golf yang tampaknya menjadi sasaran drone. Menariknya gambar tersebut mirip dengan Donald Trump dengan pesan balas dendam atas pembunuhan seorang jenderal top Iran dalam serangan drone AS.
Dalam foto tersebut memuat pesan berbunyi “Balas Dendam adalah Pasti” dalam bahasa Persia. Pesan ini sejatinya merupakan pesan yang Khamenei posting pada Desember tahun lalu. Di mana Teheran akan membalas kematian sang jenderal.
Jenderal top Iran tersebut tak lain adalah Qassem Soleimani. Perwira militer senior Iran dalam Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) itu dibunuh oleh serangan pesawat tak berawak atau drone milik Paman Sam di kota Baghdad Irak pada 3 Januari 2020.
“Mereka yang memerintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani serta mereka yang melakukan ini harus dihukum. Balas dendam ini pasti akan terjadi pada waktu yang tepat,” demikian pernyataan Khamenei di akun Twitter-nya pada 16 Desember 2020.
Awal Januari 2021, Twitter menghapus tweet Khamenei. Di mana ia mengatakan bahwa vaksin buatan AS dan Inggris tidak dapat diandalkan dan mungkin dimaksudkan untuk “mencemari negara lain”.
Platform tersebut menilai tweet Khamenei melanggar aturannya terhadap informasi yang salah. Tidak ada tindakan tegas yang diberikan Twitter atas tweet berbahasa Persia kepada Khamenei.
Ketegangan tumbuh antara Teheran dan Washington sejak 2018, ketika Trump memutuskan keluar dari Pakta Nuklir 2015, antara Iran dan enam kekuatan dunia yang berusaha mengekang program nuklir Teheran. Washington menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.
Iran menyerukan tindakan dan bukan hanya kata-kata tak lama setelah Joe Biden dilantik sebagai presiden AS. Mantan Senator Delaware itu mengatakan Washington akan bergabung kembali dengan Pakta Nuklir 2015, asalkan Iran melanjutkan kepatuhan yang ketat.