MATA INDONESIA, JAKARTA – Kelompok Separatis Papua (KSP) menggunakan cara-cara yang ekstrem atau kekerasan untuk mencapai tujuan mereka, yaitu dengan menciptakan suasana yang tidak kondusif. Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta menilai bahwa hal ini tidak lepas dari kondisi tertentu yakni jumlah anggota mereka yang terbatas.
“Karena mereka kecil, marjinal, sehingga tidak bisa menggunakan cara-cara yang legal untuk mencapai tujuan. Makanya digunakan cara yang ekstrim sehingga dampaknya bisa besar, termasuk dengan cara kekerasan dan teror,” kata Stanislaus Riyanta kepada Mata Indonesia News, Minggu 18 April 2021.
Tercatat, akhir-akhir ini KSP sudah beberapa kali melakukan kekerasan terhadap warga sipil di Papua. Peristiwa penembakan dua guru yaitu Oktovianus Rayo dan Yonatan Randen. Keduanya ditembak mati di Beoga.
Tidak hanya menembak dua guru, KSP juga terus melakukan aksi teror dengan membakar rumah Kepala Suku Ener Tinal dan sejumlah rumah dinas guru dan gedung sekolah dasar. Bahkan, tukang ojek dan seorang anak SMA pun juga tidak luput dari kebrutalan KSP.
Hingga kini, Satgas Nemangkawi TNI-Polri masih terus memburu KSP dengan menyisir Ilaga hingga Beoga, Kabupaten Puncak, Papua.
Kepala Satgas Humas Ops Nemangkawi Kombes Pol Iqbal Alqudusy menegaskan bahwa aparat keamanan yang tergabung dalam TNI-Polri akan terus mengungkap kasus penembakan yang dilakukan oleh KSP.
“TNI-Polri tidak tinggal diam. Kami akan mengejar pelaku penembakan. Info dan update selanjutnya akan disampaikan oleh aparatur berwenang,” kata Kombes Pol Iqbal Alqudusy.