Kembangkan Senjata Hipersonik, AS Nilai Cina Lebih Agresif

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Sekretaris Angkatan Udara Amerika Serikat (AS), Frank Kendall mengatakan bahwa Washington dan Cina terlibat dalam perlombaan senjata untuk mengembangkan senjata hipersonik paling mematikan.

Sebagaimana diketahui, baik AS maupun Beijing sama-sama membangun dan menguji lebih banyak senjata generasi berikutnya yang berkecepatan tinggi. Sementara Cina, kata Kendall, melakukannya dengan sangat agresif.

“Ada perlombaan senjata, tidak harus untuk peningkatan jumlah, tetapi untuk peningkatan kualitas,” kata Sekretaris Angkatan Udara Frank Kendall kepada Reuters selama wawancara di kantor Pentagon, Rabu, 1 Desember 2021.

 “Ini adalah perlombaan senjata yang telah berlangsung cukup lama. Orang Cina telah melakukannya dengan sangat agresif,” sambungnya.

Pada Oktober, perwira tinggi militer AS, Jenderal Mark Milley, mengkonfirmasi tes senjata hipersonik buatan Cina yang menunjukkan pengejaran Beijing terhadap sistem yang mengorbit Bumi yang dirancang untuk menghindari pertahanan rudal AS.

Sementara Pentagon telah mengadakan beberapa tes senjata hipersonik dengan keberhasilan yang beragam. Pada Oktober, Angkatan Laut AS berhasil menguji motor roket pendorong yang akan digunakan untuk menggerakkan kendaraan peluncur yang membawa senjata hipersonik ke atas.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Raytheon Technologies Corp, Gregory Hayes mengatakan bahwa AS tertinggal bertahun-tahun di belakang Cina dalam senjata hipersonik. Sebagai catatan, senjata hipersonik bergerak di atmosfer atas dengan kecepatan lebih dari lima kali kecepatan suara, atau sekitar 6.200 kilometer (3.853 mil) per jam.

“Sementara Pentagon memiliki sejumlah program senjata hipersonik dalam pengembangan dan AS memahami teknologinya, Cina telah benar-benar menerjunkan senjata hipersonik. Setidaknya kita tertinggal beberapa tahun,” kata CEO Raytheon, Gregory Hayes, melansir Al Arabiya (27/10).

Senjata ultra-cepat yang muncul telah memicu kekhawatiran karena potensinya untuk mengacaukan hubungan tiga negara, yakni AS, Cina, dan Rusia. Mereka juga dapat menjadi front dalam persaingan ketika dua ekonomi terbesar dunia berbenturan dalam masalah perdagangan, teknologi, dan kemanusiaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini