Oleh : Kevin Alexander*)
Kedatangan Paus Fransiskus ke Jakarta menjadi momen bersejarah yang disambut antusias oleh masyarakat Indonesia. Duta Besar Indonesia untuk Takhta Suci (Vatikan), Michael Trias Kuncahyono mengatakan bahwa semua persiapan terkait kunjungan pastoral Paus Fransiskus ke Indonesia telah dilakukan dengan matang. Kunjungan ini merupakan kunjungan ketiga seorang Paus ke Indonesia, setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989. Hal ini menunjukkan adanya hubungan jangka panjang dan kuat antara Indonesia dan Vatikan.
Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang aktif dalam menjalin hubungan dengan berbagai komunitas umat beragama di seluruh dunia. Kunjungan kali ini bertujuan tidak hanya untuk mempererat hubungan antaragama, tetapi juga untuk menyebarkan pesan perdamaian yang universal. Pesan ini sangat relevan dengan situasi sosial di Indonesia, yang dikenal dengan keberagaman budaya dan agama yang sangat kaya.
Paus Fransiskus tidak hanya berfokus pada dialog antaragama, tetapi juga berusaha menyebarkan pesan perdamaian yang universal. Dalam konteks Indonesia, yang merupakan negara dengan keragaman budaya dan agama, pesan ini memiliki relevansi khusus. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat ikatan antarumat beragama dan mempromosikan nilai-nilai persatuan di tengah masyarakat yang beragam.
Selama kunjungan, berbagai kegiatan dan acara direncanakan untuk mencerminkan upaya dalam mengatasi perbedaan dan membangun jembatan antara berbagai komunitas agama. Ini sejalan dengan misi perdamaian yang dibawa oleh Paus Fransiskus. Acara-acara tersebut diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.
Sebagai sambutan, terhadap kedatangan Paus Fransiskus, pelukis ternama Denny JA mempersembahkan sepuluh lukisan yang dipajang di Galeri Nasional pada 2-4 September 2024. Pameran ini merupakan bagian dari Festival Toleransi yang diselenggarakan oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), bekerja sama dengan Esoterika dan Forum Spiritual.
Lukisan-lukisan Denny JA dirancang khusus untuk menggambarkan pesan persatuan dan keberagaman, yang sangat relevan dengan kunjungan Paus Fransiskus. Denny JA, yang juga dikenal sebagai pendiri Lingkaran Survei Indonesia, menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) secara total dalam proses penciptaan karyanya, menjadikannya pelukis Indonesia pertama yang menerapkan metode ini secara menyeluruh.
Kritikus seni rupa senior dan penulis puluhan buku tentang budaya dan seni, Agus Dermawan T, telah menulis ulasan mengenai sepuluh lukisan Denny JA yang dibuat khusus untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Jakarta. Pameran sepuluh lukisan tersebut akan digelar di Galeri Nasional pada 2-4 September 2024 dalam Festival Toleransi yang diselenggarakan oleh ICRP. Untuk pameran lukisan dan lomba terkait, ICRP bekerja sama dengan Esoterika dan Forum Spiritual.
Agus tokoh keberagaman yang juga pendiri Lingkaran Survei Indonesia, adalah pelukis Indonesia pertama yang sepenuhnya menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam proses penciptaan karyanya. Pendekatan inovatif ini dianggap sebagai terobosan baru dalam seni lukis di Indonesia.
Meskipun Denny JA seorang Muslim, komitmennya terhadap keberagaman dan dialog antaragama membuatnya memilih cara unik untuk menyambut Paus melalui karya seni lukisan. Lima dari sepuluh lukisan menggambarkan imajinasi Denny JA tentang kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dengan tema besar keberagaman, persatuan, dan harapan. Salah satu lukisan menampilkan dua wanita berkerudung bersimpuh di hadapan Paus, sementara seorang kakek duduk di kursi roda yang didorong oleh nenek tua, dikelilingi oleh orang-orang bersukacita di halaman pesantren, menampilkan suasana kebersamaan dalam perbedaan.
Lukisan lainnya memperlihatkan Paus Fransiskus merengkuh seorang anak dengan penuh khusyuk, dikelilingi oleh anak-anak lain yang berdoa dengan riang, dengan latar belakang masjid megah, menekankan pentingnya persatuan antaragama. Ada juga lukisan yang menunjukkan Paus menyambut para ulama dan umat berbagai agama di halaman gereja, menciptakan suasana penuh kebahagiaan yang mencerminkan dialog antaragama yang harmonis. Selain itu, Denny JA juga menampilkan lukisan berjudul “Paus Mencuci Kaki Rakyat Indonesia,” yang menggambarkan Paus membasuh kaki seorang pemuda di tepi sungai.
Pameran ini tidak hanya menampilkan lukisan-lukisan yang menggambarkan kunjungan Paus, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merenungkan tema besar tentang persatuan dan toleransi. Karya-karya ini diharapkan dapat memperkuat pesan persatuan di tengah keberagaman Indonesia.
Festival Toleransi yang diselenggarakan oleh ICRP menjadi platform penting untuk memperlihatkan bagaimana seni dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial yang mendalam. Pameran lukisan Denny JA adalah contoh konkret bagaimana seni bisa menjembatani perbedaan dan mempererat hubungan antar umat beragama.
Masyarakat menyambut pameran ini dengan bangga, melihatnya sebagai simbol kebanggaan dan wujud nyata dari komitmen Indonesia terhadap toleransi dan keberagaman. Kehadiran Paus Fransiskus, bersama dengan karya seni, menjadi momentum untuk merayakan dan memperkuat nilai-nilai persatuan dalam masyarakat.
Dengan pameran ini, tidak hanya merayakan kedatangan Paus Fransiskus, tetapi juga menegaskan perannya sebagai pelukis yang mengedepankan pesan-pesan penting dalam konteks sosial dan keagamaan. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk merenungkan nilai-nilai yang membangun persatuan di tengah keberagaman.
*( Penulis merupakan Mahasiswa Bandung tinggal di Jakarta