MATA INDONESIA, JAKARTA – Kasus Covid-19 di Indonesia belakangan mengalami peningkatan. Kementerian Kesehatan meminta masyarakat waspada terhadap kemungkinan gelombang ketiga atau keempat.
Tren kasus Covid-19 di Indonesia sempat melandai pada akhir Desember 2021. Kasus kembali meningkat seiring dengan banyaknya masyarakat yang berlibur ke luar negeri dan merayakan pergantian tahun 2022.
Kasus Covid-19 kembali meningkat. Sebagai contoh, DKI Jakartaa yang sempat berada di PPKM Level 1, kini kembali masuk ke level 3. Bahkan, bukan tak mungkin kembali diterapkan level 4.
Pertanyaan kapan pandemi Covid-19 akan berakhir sepertinya jauh api dari panggang. Menteri Kesehatan, Budi Sadikin mengatakan, pemerintah telah mempersiapkan enam pilar transformasi dalam menangani Covid-19.
“Sejauh ini, Indonesia telah mengalami dua gelombang dalam perkembangan kasus Covid-19. Melihat pemetaan secara global, terdapat banyak negara yang sudah mencapai gelombang keempat Covid-19, di mana jumlah kasus positif pada gelombang ini dapat mencapai tiga sampai enam kali lipat jika dibandingkan dengan tiga gelombang sebelumnya,” ujarnya.
“Tentunya Indonesia pun tak luput dari peningkatan ini, melihat sifat virus Covid-19 yang tidak mengenal batas wilayah. Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani Covid-19, yaitu transformasi layanan dasar kesehatan, transformasi sektor kesehatan, transformasi sistem kesehatan, pendanaan, transformasi sumber daya manusia, serta teknologi kesehatan,” katanya.
Menurut Budi, dalam memasuki pemulihan di tengah-tengah new normal dibutuhkan kerja sama dari banyak pihak.
“Pemerintah dan Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk mempercepat dan memperluas jangkauan program vaksinasi serta mempertahankan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment). Kami mengharapkan kontribusi masyarakat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan 5M yaitu Menjaga jarak, Mencuci tangan, Memakai masker, Membatasi mobilitas, serta Menjauhi kerumunan,” ungkapnya.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi percaya bahwa penanganan Covid-19 memerlukan upaya dari hulu ke hilir. Apabila deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, serta langkah-langkah pencegahan merupakan strategi yang dilakukan di hulu untuk pengendalian transmisi, maka transformasi layanan kesehatan yang disiapkan Kementerian Kesehatan tersebut diperlukan untuk penanganan kasus di hilir, ketika seseorang telah dinyatakan positif Covid-19.
Jika dibandingkan dengan gelombang kasus varian Delta pada
pertengahan 2021, di mana puncak kasus positif mencapai angka 56.000, saat ini pemerintah melihat adanya tren peningkatan jumlah kasus dengan varian Omicron yang sudah menyentuh angka 64.700 pada pertengahan Februari 2022. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Akan tetapi, pemerintah terus memantau tren dan pola tersebut serta optimis dapat menekan transmisi varian
Omicron.
“Tentunya kita harus bersiap-siap dan waspada akan datangnya gelombang ketiga setelah melihat pola peningkatan kasus positif Covid-19 saat ini. Setelah menghadapi gelombang pertama dan kedua, serta dengan melihat perkembangan dan langkah yang diambil oleh negara lain, kita semakin memahami pola transmisi Covid-19 khususnya saat ini varian Omicron,” ucapnya.
“Jika pada gelombang kedua, tingkat kematian per hari dapat mencapai 2.500, pada varian Omicron kali ini, tingkat kematian jauh lebih rendah dengan angka 180. Dilihat dari sisi keterisian perawatan rumah sakit (Bed Occupancy Rate atau BOR), pada gelombang varian Delta secara nasional mencapai lebih dari 60 persen, saat ini tingkat keterisian perawatan rumah sakit nasional berada pada 30 persen.”
“Sehingga dalam segi penanganan, belum perlu dilaksanakan
penarikan rem darurat, tetapi pemerintah tetap memberlakukan pembatasan mobilitas dan PPKM level tiga, dibarengi dengan percepatan vaksinasi, testing, dan tracing,” ujarnya.