Jokowi Anugerahkan 6 Tokoh Ini Jadi Pahlawan Nasional

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Enam tokoh disematkan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Peringatan Hari Pahlawan, Selasa 10 November 2020.

Pemberian gelar didasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 117 TK Tahun 2020 tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional.

Enam tokoh yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional antara lain, Sultan Baabulah, Machmud Singgirei Rumagesan, Jenderal Pol (Purn) Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo, Arnold Mononutu. Kemudian, Sutan Mohammad (SM) Amin Nasutio dan Raden Mattaher Bin Pangeran Kusin Bin Adi.

Diketahui, Sultan Baabulah dari Maluku Utara merupakan seorang pahlawan yang berjuang mengusir Portugis dari wilayah jajahannya. Sultan Baabulah yang dijuliki 72 negeri ini layak mendapat gelar Pahlawan Nasional karena perannya melepaskan Ternate dan Maluku dari penjajahan Portugis serta mampu membawa kemakmuran bagi wilayahnya.

Machmud Singgerei Rumagesan adalah tokoh Papua Barat yang berjuang mengusir penjajah. Perjuangannya berawal dari ketidaksenangannya terhadap pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang pada buruh di tanah kelahirannya.

Sementara itu, Raden Said Soekanto merupakan tokoh dari DKI Jakarta yang juga sosok Kapolri pertama yang dilantik Presiden Soekarno. Arnold Mononutu adalah tokoh pergerakan dari Sulawesi Utara dan pernah menjabat Menteri Penerangan RI era Presiden Soekarno.

Adapun SM Nasution tercatat sebagai Gubernur Sumatera Utara periode 1948-1949 dan periode 1953-1956, kemudian menjabat sebagai Gubernur Riau periode 1958-1960. Sedangkan, Raden Mattaher dikenal sebagai seorang panglima perang Jambi yang sangat terkenal dan ditakuti Belanda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini