Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ182, Harga Tiket Mengalami Penurunan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada 9 Januari 2021 datang kabar duka dari dunia penerbangan, pesawat Sriwijaya Air SJ182 rute Jakarta – Pontianak dikabarkan hilang kontak di sekitar Kepulauan Seribu.

Hal ini membuat masyarakat takut untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Beberapa maskapai pun menurunkan harga tiket domestik.

Namun, belum diketahui dengan jelas penyebab penurunan harga tiket pesawat tersebut. Namun sebagian orang berpendapat imbas dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182. Contohnya penerbangan dari Jakarta ke Bali hanya Rp 357.300 per orang yang sebelumnya Rp 600.000, penurunan harga tiket ini hingga 50 persen.

Untuk rute Jakarta – Palembang pun mengalami penurunan harga hingga Rp 320.000, harga ini terbilang sangat murah dibandingkan dengan harga tiket sebelumnya.

Di Traveloka menyajikan harga tiket yang murah dari Bandara Raden Intan II Lampung (TKG) menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK) dengan harga Rp 159.500 kelas ekonomi yang sebelumnya Rp 350.00 – Rp 400.000. Di aplikasi tersebut juga menawarkan tiket murah hingga Maret 2021.

Maskapai pesawat Lion Air juga menurunkan harga tiket untuk penerbangan Kendari – Makassar dengan kisaran harga Rp 173.000 yang sebelumnya berharga Rp 270.000.

Karena harga tiket yang tiba-tiba menurun, di Twitter pun ramai memperbincangkan ini. Seperti salah satu tweet kaget harga tiket turun “Gara2 musibah pesawat jatuh, harga tiket pesawat pun terjun bebas, murah-murah bangeeeet. Dan disini cobaan dimulai” ujar akun @kikiiihs.

Lain halnya dengan pengguna akun @FerindaJihan yang ingin berpergian karena harga tiket yang murah, namun ia takut. “Liat harga tiket pesawat harga 400 600 an bisa terbang jadi pengen, tpi takut alias gak jadi pengen naik pesawat dulu deh.”

Jatuhnya pesawat Lion Air JT610 pada dua tahun yang lalu di Perairan Tanjung Pakis, Karawang, Jawa Barat juga menyebabkan maskapai ini menurunkan harga tiket penjualannya.

Reporter: Laita Nur Azahra

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Hilirisasi Buka Lapangan Pekerjaan dan Arah Ekonomi

Oleh: Winna Nartya *) Dalam perdebatan publik, hilirisasi kerap direduksi menjadi larangan ekspor bahan mentahatau pembangunan smelter. Padahal, substansi kebijakan ini jauh melampaui industri berat. Staf Khusus Menteri Investasi dan Hilirisasi, Sona Maesana, menekankan bahwa hilirisasiadalah soal penciptaan nilai tambah yang berkelanjutan, kemandirian ekonomi, danpembukaan lapangan kerja, serta penentuan arah masa depan bangsa. Ia melihat, daripengalamannya di dunia usaha dan kini di ranah kebijakan, bahwa hilirisasi hanya akanbertahan bila ekosistem investasinya sehat dan ada keberpihakan pada pelaku lokal. Karenaitu, ia menilai sekadar mendirikan pabrik tidak cukup; pertanyaan kuncinya adalah siapa yang menikmati nilai tambahnya dan bagaimana rantai pasoknya melibatkan anak bangsa secaraaktif. Dalam pandangannya, hilirisasi mesti membuka pekerjaan lokal, mengikutsertakan UKM, dan menaikkan kelas pengusaha Indonesia melalui kemitraan yang nyata. Di ranah kebijakan, Sona Maesana menjelaskan pemerintah mendorong integrasi antarapelaku lokal dan asing, memberi insentif bagi investor yang membina industri lokal, sertamenata regulasi yang transparan agar tumpang tindih perizinan berkurang. Ia juga menilaikecepatan dan kepastian perizinan lebih penting daripada angka komitmen investasi di ataskertas, karena tanpa eksekusi yang jelas, angka hanyalah janji. Sebagai jembatan antarabahasa investor dan bahasa pemerintah, ia mendorong cara pandang baru: bukan sekadar“menjual proyek”, melainkan menumbuhkan kepercayaan jangka panjang. Ia pun mengingatkan bahwa hilirisasi tidak berhenti pada mineral dan logam; sektor digital, pertanian, farmasi, hingga ekonomi kreatif perlu masuk orbit hilirisasi melalui keterhubunganstartup kesehatan dengan BUMN farmasi, petani dengan pembeli industri lewat platform lokal, serta skema yang mengkomersialisasikan inovasi kampus.  Di tingkat kelembagaan, peta jalan hilirisasi diperkuat oleh kolaborasi antarpemerintah, industri, dan kampus. Himpunan Kawasan Industri (HKI) menandatangani nota kesepahamandengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, yang disaksikan Presiden Prabowo Subianto. Ketua Umum HKI, Akhmad Ma’ruf Maulana, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan perwujudan AstaCita untuk mendorong kemandirian ekonomi, memperkuat keberlanjutan, dan mempercepatinovasi teknologi sebagai pilar pertumbuhan. Ia menegaskan peran HKI sebagai penghubungsektor industri, pendidikan, dan pemerintah untuk melahirkan daya saing berbasispengetahuan dan inovasi. Ruang lingkupnya meliputi penyelarasan kurikulum dengankebutuhan industri, kolaborasi riset untuk mempercepat hilirisasi dan menarik investasi, sertapeningkatan daya saing melalui pembentukan SDM industri yang unggul. Contoh konkret hilirisasi yang langsung menyentuh pasar tenaga kerja tampak di Aceh. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah, menyerukan penghentianekspor karet mentah karena pabrik pengolahan di Aceh Barat, yaitu PT Potensi Bumi Sakti, siap beroperasi menampung seluruh produksi lokal. Ia menilai pengolahan di dalam daerahpenting untuk mendorong hilirisasi, membuka lapangan kerja, dan menaikkan kesejahteraan. Pabrik yang berdiri di lahan 25 hektare itu memiliki kemampuan mengolah 2.500 ton karetkering per bulan, dan pemerintah daerah menilai stabilitas serta keamanan investasi harusdijaga agar manfaatnya langsung dirasakan rakyat Aceh. Di klaster pangan–petrokimia, hilirisasi juga dikuatkan melalui kemitraan strategis. DirekturUtama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa perusahaanmemperluas kerja sama dengan Petronas Chemicals Group Berhad untuk memperkuatketahanan pangan regional sekaligus mendorong hilirisasi pupuk dan petrokimia di Indonesia. Kolaborasi ini mencakup penjajakan sinergi pasokan urea dan amonia, transfer pengetahuan teknis dan operasional, serta penguatan tata kelola Kesehatan, Keselamatan, danLingkungan (Health, Safety, and Environment/HSE).  Jika ditautkan, tiga simpul di atas, yakni kebijakan investasi yang berpihak pada pelaku lokal, penguatan link–match kampus–industri, dan proyek pengolahan komoditas serta petrokimia, menggambarkan logika hilirisasi yang lengkap. Lapangan kerja tidak hanya muncul di pabrikutama, melainkan juga pada efek pengganda: logistik bahan baku, jasa pemeliharaan mesin, kemasan, transportasi, layanan digital rantai pasok, hingga jasa keuangan dan asuransi. Dengan kurikulum yang diselaraskan, talenta lokal tidak sekadar menjadi tenaga operasional, melainkan juga teknisi, analis proses, dan manajer rantai pasok....
- Advertisement -

Baca berita yang ini