MATA INDONESIA, JAKARTA – Menguatnya isu dan seruan boikot produk-produk Israel sebagai bentuk dukungan atas kemerdekaan Palestina, diyakini tidak berpengaruh besar terhadap kinerja perdagangan Indonesia.
Hal ini disampaikan Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE), Piter Abdullah, yang menyebut Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan Israel, sehingga tak ada pengaruh dalam perdagangan.
“Kalaupun ada barang-barang produk Israel yang masuk ke Indonesia itu tidak secara langsung dari Israel. Produk-produk itu juga tentunya ada produk substitute-nya,” kata Piter, seperti dikutip dari Merdeka, Sabtu 22 Mei 2021.
Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indonesia masih melakukan impor barang dari Israel.
Pada 2020, Indonesia melakukan impor senjata dari Israel senilai 1,32 juta dolar AS atau setara Rp 18,61 miliar. Adapun secara volume, total impor senjata dari Israel mencapai 2.674 kilogram (kg) atau 2,67 ton.
Kemudian, ada juga impor barang kelompok pengolah data otomatis peralatan dan suku cadang sebesar 2,2 ton dengan nilai mencapai 39 juta dolar AS.
Lalu, peralatan telekomunikasi 2,6 ton mencapai 3,9 juta dolar AS, alat untuk digunakan di tangan atau mesin 25 ton nilai 3,7 juta dolar AS, serta mesin jilid buku percetakan dan suku cadangnya 43 ton dan nilai 1,4 juta dolar AS.
Piter melanjutkan, pemboikotan produk Israel juga tidak akan berpengaruh pada hubungan dagang Indonesia ke Cina dan Amerika Serikat.
“Saat ini yang menyerukan boikot produk Israel tidak hanya ada di Indonesia. Tapi juga di banyak negara lain,” ujarnya.