MATAINDONESIA, OMAN – Sultan Oman Qaboos bin Said Al Said wafat pada Jumat malam, 10 Januari 2020 di usia 79 tahun. Dikutip dari The Guardian, meninggalnya Sultan Oman ini diumumkan secara resmi oleh Kantor Berita Oman. Namun, tidak disebutkan penyebab kematian penguasa terlama di jazirah Arab ini.
Sebelumnya Qaboos menjalani perawatan di beberapa negara karena kanker yang dideritanya sejak 2014. Ia baru kembali setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dan perawatan di Belgia pada Desember, akhir tahun 2019.
Berita televisi Oman juga menyatakan, Dewan Militer Tinggi telah mengundang keluarga untuk melakukan rapat dan menentukan pemimpin yang baru. Qaboos diketahui tidak memiliki anak dan belum memilih penerusnya di hadapan publik.
Sultan Qaboos pada 1996 sebenarnya telah mengeluarkan suatu Undang-Undang mengenai siapa penggantinya. Pimpinan Oman akan dipilih tiga hari usai takhta kosong. Bila gagal, maka Oman akan dikuasai oleh Militer, Mahkamah Agung, dan parlemen.
Menurut Undang-Undang tersebut, keluarga dari Sultan atau penguasa harus memilih penerusnya dalam jangka waktu tiga hari setelah kekosongan kekuasaan. Apabila tidak dilakukan, Pejabat Dewan Militer dan Keamanan, Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Dua Majelis akan menunjuk satu nama yang secara diam-diam telah ditulis oleh Sultan dalam surat yang bersegel.
Adapun nama-nama yang kuat muncul termasuk tiga bersaudara, yaitu sepupu Qaboos, Menteri Kebudayaan Haitham bin Tariq Al Said, Deputi Perdana Menteri Asaad bin Tariq Al Said, dan Eks Komandan Angkatan Laut Oman Shihab bin Tariq Al Said sebagai penasihat Sultan.
Qaboos memerintah Oman sejak ia mengambil alih kekuasaan melalui sebuah kudeta pada tahun 1970. Saat itu, ia dibantu oleh eks kekuatan kolonial Inggris. Selama hampir lima dekade, Sultan Qaboos mendominasi dunia politik di Oman, yang berpenduduk sekitar 4,6 juta orang di mana sekitar 43 persennya merupakan ekspatriat.
Ia dikenal sebagai raja yang menggunakan kekayaan minyak untuk mengeluarkan negaranya dari kemiskinan. Namanya pun dipakai di sejumlah fasilitas umum di negaranya. Menurut indeks internasional, Oman adalah salah satu negara yang paling maju dan stabil di Timur Tengah.
Sultan Qaboos adalah pembuat keputusan terpenting di Oman yang juga memegang posisi Perdana Menteri, Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata, Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, dan Menteri Luar Negeri. ”Saya sudah menuliskan dua nama dalam urutan menurun, dan memasukkannya di dalam amplop tertutup yang saya letakkan di dua wilayah berbeda,” ucap Qaboos saat diwawancarai BBC, pada 1997 lalu.
Tak adanya pengganti membuat dikhawatirkan menciptakan instabilitas politik, keamanan, dan ekonomi di Oman. Sebab, Oman adalah negara monarki absolut dan Sultan merupakan memegang jabatan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.