Ini Sederet Daerah Rawan Konflik dalam Pilkada 2020 Menurut Polri

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Momen pesta demokrasi seperti Pilkada Serentak 2020 yang akan digelar pada September mendatang tentunya tak bisa lepas dari potensi terjadinya gesekan atau konflik.

Sejauh ini, Polri mengklaim sudah menganalisis dan memetakan wilayah mana saja yang dianggap rawan, sehingga diperlukan personel pengamanan yang lebih banyak.

“Indikatornya penyelenggara pilkada, peserta pilkada, jumlah gangguan Kamtibmas dan ambang gangguan. Ini jadi referensi yang dianalisis,” kata Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes Asep Adi Saputra di Jakarta, Jumat 31 Januari 2020.

Asep menyebut, ada tiga provinsi yang tergolong rawan konflik setingkat provinsi, yakni Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Selatan.

Kemudian untuk setingkat pemilihan bupati adalah Kabupaten Nabire, Kerom, Timteng Utara, Manggarai dan Sumba Barata, serta Tojo Una-Una dan Musi Rawas Utara di Sumsel. Sementara Pilkada wali kota yaitu Tomohon dan Bitung di Sulut dan Tangsel Banten.

Untuk mengantisipasi dan menekan potensi konflik pada Pilkada Serentak 2020 nanti, Asep menyebut pihaknya akan menerjunkan 200 ribu personel.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini