Industri Horeka Mulai Bangkit di Tengah Pandemi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran (Apkrindo) memberikan respons positif terkait rencana pemerintah memberikan insentif untuk industri hotel, restoran, dan kafe (horeka).

Karena Apkrindo menilai, prospek industri restoran dan kafe di tahun ini sangat bergantung pada perkembangan pengendalian Covid-19.

Ketua Umum Apkrindo Eddy Sutanto mengatakan, saat ini pengusaha restoran dan kafe sangat memerlukan insentif dalam bentuk dana untuk memastikan pembayaran kepada para karyawannya.

Tak hanya itu, ia berharap kebijakan stimulus pajak penghasilan (PPh) 21 dievaluasi kembali lantaran banyak tenaga kerja restoran dan kafe yang mengalami pengurangan gaji dan dirumahkan, sehingga kurang efektif.

Industri horeka pun masih harus melalui jalan terjal seiring belum terkendalinya pandemi Covid-19 di Indonesia.

Para pelaku usaha masih kesulitan mempertahankan kinerjanya mengingat operasional restoran dan kafe terhambat oleh kebijakan pembatasan kegiatan di masa pandemi.

“Bisnis restoran dan kafe sangat bergantung pada kondisi pandemi Covid-19. Yang bisa kami upayakan adalah penerapan protokol kesehatan yang ketat saat berada di tempat,” ujarnya.

Penjualan produk restoran dan kafe pun saat ini lebih banyak dikontribusikan dari pesanan yang dibawa pulang (take away). Namun, penjualan secara take away tetap tidak bisa menutupi kehilangan potensi pendapatan dari penjualan secara dine in atau makan/minum di tempat.

“Lagi pula kalau take away rata-rata porsinya tidak sebanyak dine in, jadi agak sulit juga,” katanya.

Memasuki tahun 2021, belum ada sinyal bahwa sektor hotel dan restoran akan membaik. Terlebih lagi, di kuartal I-2020 umumnya dikenal sebagai periode low season. Belum lagi, terdapat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di berbagai wilayah Indonesia sehingga mengurangi minat masyarakat untuk berpergian.

Terlepas dari itu, Eddy menilai, beberapa pelaku usaha restoran dan kafe masih tetap menjalankan ekspansi bisnisnya seperti penambahan gerai dan lain-lain selama masa pandemi Covid-19, terutama untuk merek atau brand terkenal yang punya pangsa pasar besar.

Hanya memang, ekspansi tersebut mengalami penyesuaian, misalnya dari rencana menambah 10 gerai menjadi hanya lima gerai saja.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini