MATA INDONESIA, JAKARTA – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyebut, Indonesia bagian selatan akan segera memasuki masa puncak kemarau, yang dipengaruhi angin Monsun Australia.
BMKG mengatakan, angin itu mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Australia menuju Asia, melewati samudera Indonesia dan wilayah benua maritim. Kemarau kini disebut sudah menjamah 69 persen dari 342 daerah Zona Musim atau ZOM di Indonesia.
Dalam keterangan resmi pada Jumat, 31 Juli 2020, BMKG menyatakan, kemarau ini telah berdampak pada potensi kekeringan secara meteorologis pada 31 persen ZOM, berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan (HTH) berturut-turut.
Diprediksi, Agustus menjadi puncak kemarau bagi sebagian besar wilayah terdampak. Sebanyak 65 persen ZOM yang mengalami puncak kemarau, di antaranya seperti NTT, NTB, Bali, Jawa, Lampung, Sumsel dan Kalsel, serta Sulsel dan Papua bagian selatan.
Sementara 19 persen ZOM diprediksi mengalami puncak musim kemarau pada September, yaitu meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian selatan, tengah dan timur, Sulawesi bagian barat dan Maluku.
Puncak musim kemarau didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering dengan curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah/minimum.
BMKG mengimbau pemerintah daerah, pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan serta ketersediaan air bersih.