Harga Pertamax Bisa Tembus Jadi Rp16.000 per Liter?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Konflik Ukraina dan Rusia saat ini menjadi faktor pendorong kenaikan harga. Pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB) harga minyak dunia sempat menyentuh level USD 121 per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik USD 6,12 atau 5,3 persen menjadi menetap di USD 121,60 per barel.

Tingginya harga minyak dunia tentu berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.

Untuk BBM subsidi seperti solar dan premium, maka akan berdampak pada nilai subsidi yang semakin membengkak. Sedangkan untuk BBM non subsidi seperti Pertamax Cs akan berdampak ke keuangan perusahaan penjaual seperti PT Pertamina.

Sebab, di tengah tingginya harga minyak dunia, Pertamina masih mempertahankan harga jual Pertamax Rp9.000 per liter.

Melansir dari data Globalpetrolprices, harga BBM non subsidi di Indonesia ini lebih murah dibanding negara-negara di ASEAN. Misalnya, Singapura Rp30.800 per liter, Thailand Rp20.300 per liter, Laos Rp23.300 per liter, Filipina Rp18.900 per liter, Vietnam Rp19.000 per liter, Kamboja Rp16.600 per liter dan Myanmar Rp16.600 per liter.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerjasama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Agung Pribadi mengatakan, harga keekonomian atau batas atas harga Pertamax bulan April 2022 bisa mencapai Rp16.000 per liter.

“Dengan mempertimbangkan harga minyak bulan Maret yang jauh lebih tinggi dibanding Februari, maka harga keekonomian atau batas atas BBM umum RON 92 (Pertamax) bulan April 2022 akan lebih tinggi lagi dari Rp14.526 per liter, bisa jadi sekitar Rp16.000 per liter,” katanya.

Melihat selisih harga tersebut, Pertamina dinilai justru memberi ‘subsidi’ ke pengguna mobil mewah. Sebab, rata-rata konsumen Pertamax merupakan mobil atau motor masyarakat kelas menenga atas.

Oleh karena itu, Juru Bicara Kementerian BUMN, Arya M Sinulingga menyatakan, pihaknya mendukung agar harga Pertamax diatur ulang mengikuti perkembangan saat ini.

“Dengan harga saat ini, Pertamina telah menyubsidi Pertamax. Dan ini jelas artinya, Pertamina menyubsidi mobil mewah yang memakai Pertamax,” ujar Arya.

Kondisi ini juga diperparah dengan konsumen Pertamax yang terus bertambah. Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, penggunaan BBM Pertamax pada 2021 mencapai 20 persen dari total konsumsi gasoline, lebih tinggi jika dibandingkan tahun 2020 yang hanya di angka 12 persen dari total konsumsi gasoline.

Menurut Mamit, kenaikan konsumsi Pertamax menandai kesadaran masyarakat untuk menggunakan BBM dengan RON yang lebih tinggi sudah mulai tumbuh. Tak hanya di kota, dengan hadirnya Pertashop di desa-desa menjadi indikasi masyarakat pedesaan pun sudah sadar pentingnya menggunakan BBM RON tinggi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini