MATA INDONESIA, JAKARTA-Kabar baik datang dari pemerintah Cina, bahwa Trenggiling dicoret dari daftar resmi obat tradisional Tiongkok. Diketahui, Trenggiling disebut-sebut sebagai mamalia yang paling banyak diperdagangkan secara gelap di dunia.
Melansir dari surat kabar Cina Health Times, langkah yang dilakukan Cina itu dikarenakan hewan mamalia bersisik itu di ambang kepunahan akibat perburuan ilegal untuk sisik dan daging mereka. Bahkan, delapan spesies trenggiling di seluruh dunia terancam punah.
Lembaga-lembaga konservasi menyambut baik kebijakan ini. Paul Thomson dari organisasi Save Pangolin menyebutnya momen terobosan buat trenggiling.
“Langkah Cina untuk menghapus sisik trenggiling dari daftar obat-obatan tradisional bisa menjadi titik balik yang kita tunggu-tunggu,” katanya.
Dan Katheryn Wise dari kelompok kampanye kesejahteraan hewan, World Animal Protection, mengatakan kabar bahwa Cina memberi trenggiling tingkat perlindungan tertinggi dan menghapusnya dari Farmakope Cina adalah berita bagus.
Diketahui, tubuh trenggiling ditutupi lapisan sisik, yang dirancang untuk melindunginya dari pemangsa. Sisiknya sangat dicari-cari oleh para praktisi pengobatan Tiongkok tradisional, sementara dagingnya dianggap sebagai makanan lezat.
Cina melarang konsumsi hewan liar hidup untuk makanan setelah wabah virus corona, tetapi ada pengecualian tertentu, seperti untuk obat-obatan atau bulu.
Di Indonesia, trenggiling termasuk daftar hewan yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Pemerintah menetapkan aturan zero quota untuk hewan bersisik itu, yang berarti mereka tidak boleh diperjualbelikan.
Pada 2016, pertemuan konvensi internasional tentang perdagangan satwa dan tumbuhan liar yang terancam punah (Cites) menyetujui pelarangan perdagangan delapan spesies trenggiling.
Trenggiling baru-baru ini mendapat sorotan karena mereka didapati membawa jenis virus corona yang mirip dengan Covid-19. Para ilmuwan sedang menyelidiki apakah trenggiling yang diperdagangkan berperan dalam perpindahan virus tersebut dari hewan ke manusia, tapi buktinya belum jelas.