Gol Heung-min Jadi Mimpi Buruk City di Kandang Tottenham

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Manchester City tampaknya harus mengakui kehebatan Tottenham Hotspur dalam laga pertama perempat final Liga Champions, Rabu 10 April 2019. Gol dari penyerang sayap Tottenham Hotspur, Son Heung-min menjadi mimpi buruk City dini hari tadi.

Heung-min mencetak golnya pada menit ke-78, dan menjadi modal penting bagi Tottenham yang bakal menghadapi City dua kali lagi dalam sepekan ini. Pada akhir pekan nanti mereka bertemu di laga pekan ke-34 Liga Inggris, sebelum melawat ke Etihad dalam laga kedua perempat final Liga Champions.

Sebenarnya, City tampil dominan sepanjang laga dengan menguasai 59 persen pengendalian bola. Namun tak bisa menerjemahkannya dalam serangan yang tajam.

Sepanjang laga hanya dua kali tembakan mereka tepat sasaran. Sebenarnya, saat laga baru berjalan 11 menit, wasit Bjorn Kuipers memvonis bola tembakan Raheem Sterling mengenai lengan Danny Rose, yang kemudian berujung kartu kuning dan tendangan penalti.

Namun, Aguero yang menjadi algojo malah gagal melakukan tugasnya dengan baik. Lloris berhasil menebak arah tendangan lemah Aguero dan menghalau bola.

Tottenham berusaha berbalik melakukan serangan namun peluang yang dimiliki Kane ketika menerima umpan dari Christian Eriksen masih mudah dijinakkan kiper Ederson Moraes pada menit ke-24. Skor imbang tanpa gol bertahan hingga turun minum.

City kembali mengancam gawang Tottenham ketika babak kedua baru dimulai. Lagi-lagi Lloris sigap menghentikan peluang lawan dan menghalau tembakan Sterling.

Nasib buruk seolah bakal menaungi Tottenham ketika sang kapten, Kane, harus meninggalkan lapangan pada menit ke-58 karena cedera pergelangan kaki seusai berduel dengan Fabian Delph.

Tim tamu yang terus menguasai permainan tak kunjung mampu menjebol gawang Tottenham, seolah terkena tuah stadion baru mereka. Sebaliknya, tuah itu berbuah baik untuk Tottenham yang kemudian unggul pada menit ke-78 saat Heung-min terlihat gagal menghentikan bola keluar lapangan, yang membuat pertahanan City seolah meyakini hal itu.

Namun bola ternyata masih berada di lapangan dan Heung-min berhasil melepaskan tembakan lebih cepat dari upaya halauan Delph demi membawa Tottenham unggul.

Pada masa injury time, City memperoleh satu peluang lagi ketika Kevin De Bruyne mengirimkan umpan silang terarah ke dalam kotak penalti dan Lloris berusaha meninjunya, namun bola jatuh ke arah Fernandinho. Sayangnya tandukan Fernandinho melambung di atas gawang, memaksa City untuk pertama kalinya gagal mencetak gol di laga Liga Champions lagi.

Berikut susunan pemain kedua tim:

Tottenham Hotspur (4-2-3-1): Hugo Lloris; Kieran Trippier, Toby Alderweireld, Jan Vertonghen, Danny Rose; Moussa Sissoko, Harry Winks (Victor Wanyama); Christian Eriksen, Bamidele Alli (Fernando Llorente), Son Heung-min; Harry Kane (Lucas Moura)
Pelatih: Mauricio Pochettino

Manchester City (4-2-3-1): Ederson Moraes; Kyle Walker, Nicolas Otamendi, Aymeric Laporte, Fabian Delph; Fernandinho, Ilkay Guendogan; Riyad Mahrez (Leroy Sane), David Silva (Kevin De Bruyne), Raheem Sterling; Sergio Aguero (Gabriel Jesus)
Pelatih: Pep Guardiola

Berita Terbaru

JAKOP dan Arah Baru Papua: Dari Persatuan Iman Menuju Kesejahteraan Sosial

Oleh: Pukat Telenggen *) Perjalanan Papua menuju kesejahteraan yang inklusif memerlukan fondasi sosial yang kuat, terutama pada tataran moral, keterhubungan komunitas, dan kemitraan strategis dengan pemerintah. Dalam konteks inilah, Jaringan Komunikasi Oikumene Papua (JAKOP) memainkan peran penting sebagai jembatan yang mempertemukanaspirasi keagamaan dengan arah kebijakan pembangunan nasional. Selamabertahun-tahun, gereja menjadi institusi yang paling dekat dengan masyarakatPapua, sehingga kontribusinya terhadap stabilitas sosial dan kemajuan ekonomimenjadi sangat signifikan. Ketua JAKOP, Pendeta Nabot Manufandu, dalam diskusi panel yang berlangsung di Jayapura, menjelaskan bahwa penguatan nilai-nilai moral berbasis Injil menjadilangkah awal yang harus diperkuat bersama. Sebagai tokoh gereja yang memahamidinamika sosial Papua, ia menyatakan bahwa kampanye moral tersebut tidakdimaksudkan sebagai agenda baru, melainkan kelanjutan dari pekerjaan lama yang terbukti relevan dalam memperkuat resiliensi masyarakat. Kesadaran moral inimenjadi salah satu unsur penting dalam pembangunan sosial yang sejalan dengankerangka kebijakan pemerintah, terutama dalam menciptakan Papua yang damaidan produktif. Di sisi lain, tokoh oikumene seperti Pendeta Fredy Toam dan Pendeta DominggusNoya memperkuat pandangan bahwa kesatuan tubuh gereja, meskipun terbagidalam banyak denominasi, merupakan pilar strategis dalam mendorong stabilitassosial. Mereka menilai bahwa kerja sama lintas denominasi tidak hanyamemperkokoh solidaritas umat, tetapi juga memperluas ruang dialog hingga kedaerah yang sebelumnya sulit dijangkau. Pendekatan seperti ini sangat mendukungagenda pemerintah yang menempatkan pembangunan manusia sebagai inti darikesejahteraan Papua. Ketika komunitas gereja bersatu dan terlibat aktif, makaprogram pemerintah, termasuk terkait pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaanekonomi, memiliki ekosistem sosial yang lebih siap untuk menerima danmenjalankannya. Pemerintah pusat telah menetapkan Papua sebagai wilayah prioritas dalam petajalan kesejahteraan nasional melalui berbagai program strategis, mulai daripendekatan pembangunan daerah otonomi baru hingga percepatan pelayanandasar. Komitmen JAKOP untuk memperkokoh hubungan lintas denominasi baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional dapat menjadi katalisator yang mempercepat penerimaan publik terhadap berbagai kebijakan tersebut. Peran gerejasebagai mitra strategis pemerintah menjadi semakin relevan karena ia memilikijaringan luas hingga ke pelosok yang sering kali tidak tersentuh oleh pendekatanformal birokrasi. Dengan demikian, transformasi sosial dapat berjalan lebih cepatdan lebih kontekstual. Salah satu poin penting yang disampaikan JAKOP adalah penanaman nilai cinta kasihdan persaudaraan dalam kegiatan gereja yang disesuaikan dengan kondisimasyarakat di berbagai wilayah Papua. Nilai-nilai ini memiliki dampak langsungterhadap stabilitas sosial karena mampu meredam berbagai narasi yang memecahbelah, sekaligus memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap negara. Pemerintahterus berupaya membangun Papua melalui pendekatan humanis yang menempatkanrakyat sebagai subjek pembangunan. Dengan dukungan gereja, pendekatantersebut mendapatkan legitimasi sosial yang lebih kuat, terutama di wilayah-wilayahyang rentan terhadap konflik atau disinformasi. Keterlibatan gereja dalam menyumbangkan pemikiran dan tindakan bagipembangunan Papua juga selaras dengan visi pemerintah menuju Indonesia Emas2045. Dalam pandangan Manufandu, kontribusi pemikiran tersebut bertujuanmemperkuat kolaborasi antara gereja, pemerintah, dan lembaga adat. Pemerintahtelah mendorong kolaborasi lintas lembaga dalam berbagai program strategis, karena kesejahteraan Papua bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga soalharmoni sosial dan keterpaduan nilai budaya. Komunitas adat memegang peranpenting dalam struktur sosial Papua, dan keberadaan gereja sebagai pihak yang dihormati dapat menjembatani dialog antara pemerintah dan masyarakat adatsecara lebih konstruktif. JAKOP juga menekankan pentingnya kerja kolaboratif yang melibatkan pemerintahpusat dan daerah. Selama ini, salah satu tantangan pembangunan Papua adalahkesenjangan informasi dan perbedaan cara pandang antara berbagai level pemangku kepentingan. Dengan hadirnya jaringan Oikumene yang kokoh, jalurkomunikasi antara pemerintah dan warga menjadi lebih efektif. Kerja sama dalambidang kesejahteraan masyarakat yang ditekankan JAKOP menjadi komplementerterhadap agenda pemerintah, terutama dalam memastikan akses merata terhadappendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi. Pendekatan kolaboratif semacam inimemungkinkan kebijakan pemerintah diterjemahkan secara lebih tepat ke dalamkebutuhan konkret masyarakat. Sinergi antara gereja dan pemerintah bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, melainkan hasil dari perjalanan panjang yang berlandaskan kepedulian bersamaterhadap masa depan Papua. Pemerintah membutuhkan mitra yang memahamikarakter sosial masyarakat, sementara gereja membutuhkan ruang kolaborasi yang mampu memperluas dampak pelayanan kemanusiaannya. Komitmen JAKOP yang dirumuskan melalui forum diskusi panel menunjukkan bahwa kedua belah pihakmemiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan masyarakat Papua menikmatikesejahteraan yang berkeadilan dan berkelanjutan. Jika sinergi ini dijaga dan diperkuat, maka Papua memiliki peluang besar untukmenjadi contoh keberhasilan pembangunan inklusif di Indonesia. Langkah-langkahkolaboratif yang dilakukan hari ini akan menentukan bagaimana Papua menapaki 20 tahun ke depan menuju Indonesia Emas 2045. Pembangunan yang melibatkankekuatan moral, sosial, dan kebijakan publik secara terpadu akan menciptakanekosistem yang memungkinkan masyarakat hidup lebih sejahtera, lebih damai, danlebih optimis terhadap masa depan sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia. *) Pemerhati Isu Sosial dan Pembangunan Daerah Papua
- Advertisement -

Baca berita yang ini