Gereja Prancis Jual Aset untuk Bayar Kompensasi kepada Ribuan Korban Pelecehan Seksual

Baca Juga

MATA INDONESIA, PARIS – Para uskup Katolik di Prancis sepakat untuk menjual sebagian dari kepemilikan real estat gereja demi membayar kompensasi kepada ribuan korban pelecehan seksual yang dialami anak-anak di tangan para pendeta.

Pejabat gereja berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk mengganti kerugian para korban setelah penyelidikan mengkonfirmasi pelecehan seksual yang dialami anak di bawah umur oleh para imam sejak 1950-an hingga 2020.

“Dan kami akan menyediakan sarana untuk menyelesaikan misi ini … ganti rugi individu bagi para korban”, kata Eric de Moulins-Beaufort, kepala Konferensi Waligereja Prancis (CEF), melansir France24.

Penyelidikan telah mendesak gereja untuk membayar korban dengan asetnya sendiri, alih-alih meminta umat paroki menyumbangkan dana untuk mengkompensasi kejahatan yang dilakukan oleh para pendeta.

“Gereja telah berjanji menyiapkan dana untuk melakukan pembayaran tahun depan, dan sekarang akan didukung dengan menjual aset real estat yang dimiliki oleh Konferensi Waligereja Prancis dan oleh keuskupan”, kata Moulins-Beaufort setelah pertemuan di kuil Katolik Lourdes.

Dia juga mengatakan bahwa pihak gereja akan meminjam dana dari bank jika itu memang diperlukan dan bahwa Vatikan akan diminta untuk mengirim seorang pengamat guna membantu memeriksa tanggapan Gereja Prancis.

Laporan setebal 2.500 halaman yang dirilis bulan lalu merinci pelecehan terhadap 216 ribu anak di bawah umur oleh pendeta selama periode tersebut. Jumlah tersebut naik menjadi 330 ribu ketika klaim terhadap anggota gereja dimasukkan, seperti guru di sekolah Katolik.

Presiden komisi mengecam karakter sistemik dari upaya untuk melindungi pendeta dari penuntutan dan mengeluarkan 45 rekomendasi tindakan korektif. Secara khusus, gereja didesak untuk membayar kompensasi meskipun kebanyakan kasus jauh di luar statuta pembatasan.

Pada Jumat ((5/11), para uskup Prancis untuk pertama kalinya secara resmi mengakui bahwa gereja memikul tanggung jawab institusional atas pelecehan tersebut. Sementara para anggota senior klerus berlutut dalam doa pada akhir pekan lalu untuk menunjukkan penebusan dosa.

Tapi asosiasi korban mengatakan kata-kata masih jauh dari cukup, dan menuntut kompensasi yang akan merugikan gereja puluhan juta euro.

Para uskup Prancis juga merencanakan langkah-langkah baru untuk mencegah serangan seksual di masa mendatang dan memastikan bahwa para imam yang melanggar diadili, meskipun beberapa mungkin memerlukan persetujuan Vatikan.

Paus Fransiskus mengungkapkan rasa malunya setelah mengetahui pelecehan tersebut, yang telah menjadi salah satu tantangan terbesarnya di seluruh dunia sejak pemilihannya pada 2013.

Pembayaran kompensasi kepada para korban pelcehan akan dilakukan dengan cepat. Pihak CEF telah berjanji bahwa pembayaran pertama akan dilakukan tahun 2022.

“Melindungi anak-anak dari pelecehan seksual adalah prioritas mutlak bagi Gereja Katolik,” kata uskup agung itu setelah bertemu dengan Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin – atas permintaan Presiden Emmanuel Macron.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kehidupan telah terguncang dan hancur oleh pelecehan seksual yang dilakukan oleh para imam dan pemuka Gereja Katolik.

“Masyarakat dinilai dari kemampuannya untuk mengecam dan menghukum kekerasan semacam itu, untuk mencoba memperbaiki kehidupan, tetapi terlebih lagi untuk mencegahnya,” kata Macron belum lama ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini