MATA INDONESIA, JAKARTA – Total 172 juta orang Indonesia sudah divaksin dosis pertama dan kedua. Tapi, jumlah lansia yang divaksin masih sedikit.
Hingga saat ini orang yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama sudah di angka 108,5 juta. Sementara itu untuk dosis kedua sudah di angka 30 persen atau kurang lebih 63,5 juta masyarakat telah mendapatkan dua kali penyuntikan dari 208 juta orang. Total jumlah vaksin yang sudah disuntikkan sejumlah 172 juta.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, meski total jumlah vaksin yang disuntikkan 172 juta, masih terdapat pekerjaan rumah (PR) pemerintah terutama dari sisi sasaran vaksin, yaitu kelompok lanjut usia (lansia).
“Lansia baru 7,6 juta atau 35 persen yang mendapat vaksin dari 21,5 juta. Artinya masih ada lansia yang belum mau divaksin,” katanya, dalam diskusi online dengan tema ‘Masih Ada Hoaks di Antara Kita dan Vaksin Covid-19′”.
Meski lansia masuk dalam prioritas vaksinasi Covid-19, namun kecepatan penyuntikan pada lansia lambat karena masih banyak lansia yang salah persepsi dan ada pula menolak divaksin.
“Persepsi yang salah ini bisa juga dikarenakan mereka menerima informasi atau pun hoaks yang kemudian membuat mereka tidak yakin untuk divaksin,” ujarnya.
Selain pada lansia, tantangan vaksinasi Covid-19 juga pada remaja usia 12 hingga 17 tahun. Orang tua remaja ragu anaknya mendapat vaksinasi karena informasi yang beredar. Sejak Januari tercatat 2.000 hoaks mengenai vaksinasi Covid-19 yang beredar. Sayangnya, sekitar 50 persen masyarakat Indonesia tidak mengecek informasi yang didapat apakah benar atau tidak.
Mereka yang membaca informasi itu terkadang menjadi ragu atau bahkan meyakini informasi itu apalagi jika yang mengirimkan informasi adalah orang yang dipercaya.
“Orang Indonesia sangat care dengan orang lain. Sehingga begitu menerima berita yang sepertinya akan membahayakan kerabat, teman atau pun, langsung disebar ke kelompok WhatsApp grup, langsung di share,” ucapnya.
“Ini kadang-kadang yang membaca menjadi ragu divaksin atau meyakini. Kalau mau lihat situs Kominfo, itu ada info yang menjelaskan postingan hoaks atau bukan,” ungkapnya.