MATA INDONESIA, JAKARTA-Presidensi G20 Indonesia 2022 merupakan momentum yang tepat untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi alternatif di daerah. Hal itu dikatakan Peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Ropiudin.
“Presidensi G20 Indonesia 2022 momentum tepat untuk mengakselerasi energi baru terbarukan (EBT) di daerah guna mendukung program transisi energi,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin 23 Mei 2022.
Peneliti senior laboratorium teknik sistem termal dan energi terbarukan Unsoed tersebut menambahkan G20 dapat menjadi wahana untuk memperkuat komitmen global dalam
mengakselerasi pengembangan EBT di daerah dengan melibatkan institusi riset, industri, pemerintah daerah serta masyarakat.
Pengembangan EBT yang komprehensif di daerah-daerah, menurut dia, akan memberikan akselerasi dalam pengembangan ekonomi hijau dan energi hijau di Indonesia.
“Sebagai contoh, pemerintah bisa mengakselerasi pengembangan energi surya di daerah-daerah mengingat Indonesia sebagai negara tropis memiliki iradiasi surya yang melimpah dan tersedia sepanjang tahun,” katanya.
Oleh karena itu, tambah dia, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi salah satu fokus utama untuk meningkatkan bauran energi dan target energi hijau di Indonesia.
“PLTS yang dikembangkan di daerah-daerah akan meningkatkan rasio elektrifikasi daerah dan nasional. Saat ini, PLTS semakin ekonomis, sehingga pemanfaatannya bisa semakin luas,” katanya.
Sementara itu, forum G20 menurut dia juga dapat menjadi momentum yang tepat untuk mengakselerasi pengembangan bioenergi di daerah.
“Indonesia bisa menjadi model pengembangan bioenergi dunia, mengingat Indonesia merupakan negara penghasil sawit. Hal ini tentu menjadi dorongan besar bahwa Indonesia akan mampu menjadi model penghasil biodiesel terbesar di dunia,” katanya.
Selain itu, Indonesia juga memiliki berbagai potensi biomassa lainnya yang tersebar di seluruh daerah-daerah untuk menghasilkan biodiesel dan bioenergi yang sangat besar.
“Namun yang juga tidak kalah penting adalah akselerasi pemanfaatan EBT untuk bidang pertanian dalam arti luas di daerah. Hal ini penting agar Indonesia dapat menjadi model dalam pemanfaatan EBT untuk bidang pertanian,” katanya.
Sebagai contoh, kata dia, EBT bisa dimanfaatkan mulai dari penyemaian benih, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pascapanen, pengolahan hasil pertanian, hingga pengelolaan sampahnya.
“Sumber energi yang potensial dan harus dikembangkan ke depan yaitu energi terbarukan. Hal ini terkait dengan kebutuhan energi bersih dan energi yang terjangkau tentunya,” katanya.