Fix, Newcastle Batal Dibeli Juragan Arab

Baca Juga

MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Newcastle United dipastikan batal dibeli oleh konsorsium Arab Saudi, yang di bekengi oleh Pangeran Mohamed bin Salman (MBS).

Pihak pembeli menarik diri dari proses akuisisi, yang diumumkan pada Kamis 30 Juli 2020 lalu. Penyebab batalnya pembelian Newcastle ini cukup kompleks, mulai dari uji kelayakan yang ribet, situasi global yang tak menentu akibat Covid-19, hingga isu-isu tak sedap lainnya.

Selama proses negosiasi, konsorsium Saudi dihantam isu miring, mulai dari pembajakan siaran Liga Inggris, tudingan sportwashing hingga masalah pelanggaran HAM yang melibatkan MBS.

Ada juga isu lainnya, yakni ketidakjelasan pihak yang mengambil keputusan bila akuisisi terlaksana. Selama ini, yang mengajukan pembelian adalah PCP Capital Partners milik pengusaha Inggris, Amanda Staveley.

Namun, diketahui Staveley mendapat dana segar untuk pembelian Newcastle dari Publik Investment Fund milik Pangeran MBS.

Stanveley mengatakan, ia amat kecewa dengan otoritas Premier League yang dianggapnya mengulur-ulur waktu dalam proses akuisisi.

“Mereka punya kesempatan. Mereka bilang kami belum menjawab semua pertanyaan yang diajukan, padahal kami sudah melakukannya,” kata Staveley, dikutip Sky Sports, Jumat 31 Juli 2020.

“Tapi klub-klub lain di Premier League tak mau akuisisi itu menjadi kenyataan,” ujarnya menambahkan.

Suporter Newcastle diketahui memang sangat ingin proses akuisisi ini berjalan lancar. Mereka sudah muak dengan kepemimpinan Mike Ashley yang dianggap hanya mencari keuntungan pribadi tanpa ada keseriusan membawa Newcastle United berprestasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Data Statistik Berkualitas untuk Pembangunan, Pemkab Sleman Susun Roadmap Pembangunan Statistik Sektoral Tahun 2025-2045

Mata Indonesia, Sleman – Penyelenggaraan statistik sektoral di Kabupaten Sleman perlu diperkuat guna menghasilkan data statistik sektoral yang akurat, mutakhir, terintegrasi, akuntabel, mudah diakses dan berkelanjutan, sehingga perencanaan pembangunan dapat dilakukan secara lebih tepat, terukur, dan tepat sasaran. Dengan demikian, kebijakan dan strategi penyelenggaraan statistik sektoral secara terinci akan dapat mewujudkan hal tersebut.
- Advertisement -

Baca berita yang ini