MATA INDONESIA, MOSKOW – Sikap Rusia terhadap negara-negara barat terutama Eropa memang cukup keras.
Pada Rabu, 27 Juli 2022, Rusia memangkas lagi pasokan gas ke Eropa. Eskalasi ‘perang energi’ antara Moskow dan Brussels yang tengah berlangsung ini, berpotensi menipiskan persediaan gas di Eropa menjelang musim dingin.
Gazprom, sebuah BUMN asal Rusia, pada awal pekan ini mengumumkan akan mengurangi kapasitas pipa Nord Stream 1 menjadi hanya satu perlima dari total kapasitasnya.
Nord Stream 1 menyumbang sekitar satu pertiga dari total ekspor gas Rusia ke Eropa. Itu juga merupakan rute pengiriman utama ke Eropa untuk gas Rusia.
Sebelumnya pada Rabu, 20 Juli 2022, aliran gas melalui Nord Stream 1 turun menjadi 14,4 juta kilowatt per jam dari sekitar 28 juta kilowatt per jam sehari sebelumnya. Jumlah itu, hanya 40 persen dari kapasitas normal. Penurunan terjadi kurang dari seminggu setelah pipa beroperasi kembali usai periode pemeliharaan 10 hari.
Politikus di Eropa berulang kali memperingatkan, Rusia bisa saja total menghentikan suplai gasnya pada musim dingin ini. Jika ini benar terjadi, maka bisa mendorong Jerman ke dalam resesi dan membuat harga konsumen dan industri melonjak lebih jauh.
Jerman sangat terpukul oleh pengurangan pasokan gas ini sejak pertengahan Juni 2022. Importir gas Jerman, Uniper, membutuhkan dana talangan negara sebesar 15 miliar euro (Rp 229 triliun). Jerman merupakan importir terbesar gas Rusia.
Menteri Transisi Ekologi Italia Roberto Cingolani memperingatkan, negaranya juga akan menghadapi krisis pasokan gas pada akhir musim dingin mendatang jika Rusia benar-benar menghentikan pasokan. Italia merupakan importir besar yang biasanya mendapat 40 persen gas dari Rusia.
Uniper dan Eni Italia mengkonfirmasi, mereka menerima lebih sedikit gas dari Gazprom dibandingkan beberapa hari terakhir.
Sedangkan Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan dia terbuka untuk penggunaan tenaga nuklir demi menghindari kekurangan pasokan listrik. Jerman mengatakan dapat memperpanjang umur tiga pembangkit nuklirnya yang tersisa sehingga bisa menghasilkan 6 persen dari kekuatan energi Jerman, jika Rusia memutuskannya dari gasnya.
Kelompok industri Jerman membuka kemungkinan mengurangi produksi demi mencapai penghematan yang lebih besar. Mereka kemungkinan akan mengganti gas alam dengan bahan bakar lain yang lebih berpolusi.
Jerman saat ini berada di Fase 2 dari rencana gas darurat tiga tahap, dengan fase terakhir yang dimulai setelah penjatahan tidak lagi dapat dihindari. Harga gas grosir Belanda untuk Agustus pada Rabu, 20 Juli 2022, naik 7 persen atau menjadi 210 euro per megawatt. Kenaikan itu lebih besar sekitar 400 persen dari tahun lalu.
Sebelumnya pada Selasa, 26 Juli 2022, negara-negara Uni Eropa menyetujui rencana darurat untuk mengekang permintaan gas. Mereka berkompromi membatasi pemotongan gas untuk beberapa negara, dengan harapan konsumsi yang lebih rendah akan mengurangi dampak jika Moskow menghentikan pasokan sepenuhnya.
Analis Royal Bank of Canada mengatakan rencana itu dapat membantu Eropa melewati musim dingin asalkan aliran gas dari Rusia berada pada kapasitas 20-50 persen. Akan tetapi dia mewanti-wanti supaya Eropa jangan puas hanya dengan lepas dari energi Rusia.