Ekonom: Poin Penting Pandemi untuk Sektor Ekonomi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ekonom Vivi Alatas mengatakan ada pelajaran berharga dari pandemi panjang virus corona untuk masa mendatang. Menurut Vivi, pandemi virus corona mengajarkan bahwa baik sektor ekonomi maupun kesehatan merupakan dua hal yang sama pentingnya.

“Fokus hanya pada dampak pandemi saja hanya akan menjadikan pandemi yang berkepanjangan. Tidak hanya berdampak pada kesehatan yang semakin mahal, tetapi juga dampak ekonomi yang akan berkepanjangan,” kata Vivi Alatas, Kamis, 4 Maret 2021.

Vivi yang merupakan seorang CEO Asakretivita itu juga mengatakan pentingnya untuk mengoreksi data dan prosedur yang digunakan untuk memberikan bantuan kepada golongan yang terdampak dari pandemi virus corona ini.

“Yang dibutuhkan tidak hanya data, tetapi sistem targeting sehingga kapanpun Indonesia bisa langsung efektif merespons untuk membantu keluarga rentan,” ucapnya.

Selain itu, kata Vivi, pelajaran lain yang dapat diperoleh dari pandemi virus corona adalah pentingnya memadukan jenis social protection yang berbeda. Di mana bukan hanya berfokus pada program safety melainkan juga harus memperhatikan sisi lain, yakni safety trampoline agar sektor yang merosot dapat kembali bangkit.

“Pandemi menuntut untuk upscaling dan rescaling, membekali pekerja dengan keterampilan yang akan diminta pasar tenaga kerja di tahun mendatang,” tuntasnya.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan bahwa pandemi virus corona telah membawa dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia, termasuk pada sektor ketenagakerjaan.

“Selain melindungi dan mengembalikan kesejahteraan pekerja yang terdampak pandemi, kami juga harus mempersiapkan SDM pekerja sebaik mungkin, meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan vokasi yang tepat, agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja pascapandemi,” ujar Ida Fauziah.

Selain itu, perubahan dan perbaikan juga berlaku pada ekosistem ketenagakerjaan, baik pada proses penempatan tenaga kerja, pembinaan hubungan industrial, serta pengawasan ketenagakerjaan sehingga dapat menjawab semua tantangan yang muncul selama dan pascapandemi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini