Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II Tembus 5 Persen

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA– Ekonom Indef Tauhid Ahmad memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II 2021 tembus lima persen. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan estimasi pemerintah yaitu tujuh persen.

Dirinya menyebut prediksi tersebut dibuat dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti belum terkendalinya pandemi covid-19, vaksinasi yang belum merata, daya beli yang masih rendah, dan kinerja penyaluran kredit perbankan.

“Berdasarkan pertimbangan beberapa hal pada 2021, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II berkisar 5 persen,” katanya.

Ia menyebut laju vaksinasi covid-19 bakal menjadi salah satu faktor penentu secepat apa pertumbuhan ekonomi RI bergerak. Melihat data yang ada, diperkirakan vaksinasi di Indonesia masih masih terbatas.

Ia mengatakan pertumbuhan didorong oleh faktor teknikal, yakni kuartal sama tahun lalu kontraksi mencapai 5,32 persen.

Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah masyarakat yang telah menerima vaksin covid-19 dosis pertama sebanyak 12,67 juta dan 7,98 juta untuk penerima vaksin dosis kedua.

Selain vaksinasi, ia mengatakan harapan Presiden Jokowi menggapai pertumbuhan tujuh persen bakal sulit dicapai bila tidak ada perbaikan signifikan dari realisasi kredit perbankan.

Pasalnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada Maret 2021 realisasi kredit perbankan masih terkontraksi 3,77 persen. “Di kuartal II kami yakin ada pemulihan tapi belum pada titik seperti yang disampaikan pemerintah,” katanya.

Selain itu, ia juga mengatakan kalau pemerintah harus mengevaluasi efektivitas penyaluran dana Pemulihan Ekonomi Nasioanl (PEN). Karena, di kuartal I 2021 terjadi kontraksi konsumsi rumah tangga (RT) dibandingkan kuartal IV 2020 dari 0,49 menjadi minus 0,58 persen.

Salah satu penyumbang kontraksi berasal dari mamin selain restoran yang memburuk dari minus 1,39 persen di kuartal IV tahun lalu menjadi minus 2,31 persen pada kuartal I 2021.

“Konsumsi RT menjadi sektor penentu tapi kenapa kita masih kontraksi? Ini satu tanda tanya kita yang besar kenapa konsumsi RT masih kontraksi 2,23 persen,” bebernya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Memperkokoh Kerukunan Menyambut Momentum Nataru 2024/2025

Jakarta - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025, berbagai elemen masyarakat diimbau untuk memperkuat kerukunan dan menjaga...
- Advertisement -

Baca berita yang ini