MATA INDONESIA, PARIS – Duta Besar Prancis untuk Australia menyebut Negeri Kanguru itu kekanak-kanakkan. Pernyataan ini terlontar lantaran Australia secara mengejutkan membatalkan kesepakatan bernilai 40 miliar USD dengan Prancis dengan Grup Angkatan Laut Prancis untuk membangun armada kapal selam konvensional.
Sebaliknya, Australia akan membangun setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi Amerika Serikat (AS) dan Inggris setelah mencapai kemitraan keamanan trilateral yang dikenal dengan sebutan AUKUS.
Pembatalan tersebut membuat Prancis murka dengan menuduh Australia dan Paman Sam menikamnya dari belakang dengan mengadakan pembicaraan tanpa memberi tahu mereka.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan ia telah menyampaikan keprihatinan dengan Paris atas kontrak France’s Naval Group yang bermasalah. Akan tetapi, ia tidak dapat mengungkapkan diskusi dengan AS hingga kemitraan strategis itu disepakati.
“Ini kekanak-kanakan untuk mengatakan bahwa tidak mungkin untuk berkonsultasi dengan Prancis,” kata Duta Besar Prancis, Jean-Pierre Thebault kepada radio ABC, menambahkan bahwa Presiden AS Joe Biden dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan masalah itu bisa ditangani dengan lebih baik.
“Mereka secara resmi menyatakan bahwa hal-hal seharusnya dilakukan secara berbeda. Seharusnya ada konsultasi,” sambungnya, melansir Reuters, Jumat, 8 Oktober 2021.
Thebault akan segera kembali ke Australia di mana dia mengatakan akan menguji tekad Canberra untuk memperbaiki hubungan.
Sementara Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mengatakan bahwa ia menyambut kembalinya Thebault sebagai langkah pertama yang penting dalam memperbaiki hubungan bilateral Australia dan Prancis.
Diketahui, Prancis kecewa berat terhadap kemitraan keamanan trilateral baru, AUKUS, yang bertujuan untuk mengirimkan kapal selam bertenaga nuklir ke Australia. Diketahui, perjanjian kapal selam baru membatalkan kesepakatan sebelumnya antara Australia dan Prancis senilai 66 miliar USD untuk 12 kapal selam diesel-listrik konvensional.
Kementerian Pertahanan Prancis mengatakan bahwa Naval Group telah menyelesaikan sekitar 1,1 miliar USD pekerjaan di kapal selam tetapi tidak mengalami kerugian, menurut AFP.
Beberapa waktu lalu, kontraktor pertahanan Prancis akan tetap menagih Australia setelah kesepakatan bernilai miliaran USD dibatalkan.
CEO Naval Group, Pierre Eric Pommellet mengatakan kepada surat kabar Le Figaro bahwa perusahaannya akan mengirimkan tagihan dalam beberapa pekan, menurut Agence France-Presse.