Mata Indonesia, Bantul – Cuaca ekstrem mengakibatkan bencana hidrometeorologi yang merusak sejumlah rumah dan fasilitas publik di wilayah DIY.
Manajer Pusdalops BPBD Bantul, Aka Luk Luk Firmansyah mengatakan bahwa terjadi bencana hidrometeorologi diakibatkan oleh cuaca ekstrem sejak, Senin-Selasa, 13-14 Februari 2023.
“Kejadian didominasi oleh gerakan tanah di area permukiman warga yang tersebar di 12 kalurahan di 9 kapanewon,” ujarnya, Sabtu 18 Februari 2023.
“Di Kapanewon Imogiri, persisnya di Kalurahan Imogiri, Selopamioro, dan Wukirsari, gerakan tanah terjadi sehingga menyebabkan dapuran bambu terdampak tebing longsor,” ucapnya.
Dari beberapa kejadian tersebut, gerakan tanah di Siluk, Selopamioro mengancam tiga rumah di bawahnya yang dihuni 11 jiwa.
Tebing tanah yang longsor di Wukirsari bahkan hanya berjarak sekitar 2 meter dari rumah terdekat sehingga membahayakan empat jiwa penghuninya.
Sementara di Ngestiharjo, Kasihan, bangunan dapur bagian belakang milik warga roboh terbawa longsoran setelah talud Sungai Widuri ambrol.
Sedangkan di Munthuk, Dlingo, dapur belakang rumah longsor dan mengancam satu rumah. Jarak rumah dengan tanah longsor sekitar setengah meter, sehingga penghuni mengungsi di rumah lain.
Tanah tebing longsor menutup jalan alternatif menuju Jolosutro dan menutup lahan persawahan, sehingga gagal panen di Srimulyo, Piyungan.
Sisanya di Bawuran dan Wonolelo, Pleret, bangket rumah, bangket jalan, dan tebing longsor. Baik BPBD maupun KSB telah mengirim terpal dan logistik lain untuk mengurangi risiko tanah longsor susulan.
Selain itu angin kencang menyebabkan pohon tumbang hingga menimpa dua rumah warga di Kapanewon Bambanglipuro. Selain itu pohon sawo yang tumbah juga menimpa jaringan listrik sehingga mengakibatkan kerusakan penerangan jalan dan menutup akses kampung.