MATA INDONESIA, SEOUL – Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in urung mengunjungi Jepang. Dengan begitu, Presiden Moon batal menghadiri pembukaan pesta olahraga Olimpiade Tokyo dan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga.
Pengumuman tersebut datang setelah Korea Selatan mengajukan protes terkait laporan dari seorang diplomat senior di Kedutaan Jepang di Seoul yang mengatakan bahwa Presiden Moon Jae-in bermasturbasi. Tudingan tersebut hadir ketika dua negara tengah berupaya meningkatkan hubungan bilateral.
“Presiden Moon telah memutuskan untuk tidak mengunjungi Jepang,” kata juru bicara Moon, Park Soo-hyun, melansir Al Jazeera.
“Karena Olimpiade Tokyo adalah festival yang damai bagi semua orang di seluruh dunia, kami berharap Jepang akan menyelenggarakannya dengan aman dan sukses,” sambung sang juru bicara.
Tudingan tersebut kian mengobarkan api terhadap hubungan antara kedua negara yang berseteru atas klaim teritorial dan sejarah masa lalu. Sekaligus menghancurkan harapan yang tersisa bahwa Olimpiade Tokyo mungkin menawarkan awal baru untuk kerja sama bilateral dan regional.
Surat kabar Jepang Yomiuri sebelumnya melaporkan bahwa Presiden Moon akan bertemu Suga di Tokyo pada Jumat (23/7), atau saat dimulainya Olimpiade. Tetapi kedua negara dengan cepat membantah bahwa pertemuan telah diselesaikan.
Jepang juga berencana untuk mengganti diplomat tersebut setelah komentar miringnya terhadap Presiden Moon, kata surat kabar itu. Juru bicara pemerintah Jepang mengatakan bahwa sang duta besar telah memperingatkan diplomatnya menyusul pernyataan kontroversial tersebut.
“Pernyataan itu tidak pantas sebagai seorang diplomat, dan kami pikir itu sangat disesalkan,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato dalam briefing reguler. Ditanya tentang laporan tentang pencopotan diplomat itu, Kato mengatakan itu adalah urusan menteri luar negeri dan tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Pertemuan puncak antara kedua pemimpin belum diputuskan tetapi jika Presiden Moon memutuskan untuk berkunjung, Jepang akan mengakomodir, tambah Kato.
Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Choi Jong-kun, memanggil Duta Besar Jepang Koichi Aiboshi pada hari Sabtu untuk memprotes.
Untuk diketahui, hubungan antara Seoul dan Tokyo telah lama mengalami ketegangan, yakni sejak Mahkamah Agung Korea Selatan tahun 2018 memerintahkan beberapa perusahaan Jepang untuk memberikan kompensasi kepada pekerja paksa Korea atas penderitaan mereka selama pemerintahan kolonial Jepang tahun 1910-1945 di Semenanjung Korea.
Putusan itu menyebabkan ketegangan lebih lanjut atas perdagangan ketika Jepang memberlakukan kontrol ekspor pada bahan kimia yang penting bagi industri semikonduktor Korea Selatan tahun 2019.
Seoul menuduh Tokyo mempersenjatai perdagangan dan mengancam akan mengakhiri perjanjian berbagi intelijen militer dengan Tokyo yang merupakan simbol utama kerja sama keamanan trilateral mereka dengan Amerika Serikat (AS).
Kedua negara telah berusaha untuk meningkatkan hubungan sejak pelantikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, yang menyerukan kerja sama tiga arah yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan nuklir Korea Utara dan ancaman yang ditimbulkan Cina. Namun kemajuan berjalan lambat dan gesekan antar negara terus berlanjut seiring mendekatnya Olimpiade.
Pada Sabtu (17/7), Komite Olimpiade Korea Selatan mencopot spanduk di desa atlet Olimpiade di Tokyo yang dinilai berbau provokatif. Di mana seorang laksamana angkatan laut Korea abang ke—16 melawan armada Jepang.
Pihak Korea Selatan juga mengatakan, mereka menerima janji dari IOC bahwa pengibaran bendera “matahari terbit” Jepang akan dilarang di stadion dan venue Olimpiade lainnya.
Bendera, yang menggambarkan matahari merah dengan 16 sinar memanjang ke luar, dibenci oleh banyak orang di Korea Selatan dan bagian lain Asia yang melihatnya sebagai simbol masa lalu terhadap perang Jepang.