Disebut 44,53 Persen Penyumbang Polusi, Motor Tetap Dibebaskan Lintasi Ganjil Genap

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Hasil riset Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) menyebut bahwa 44,53 persen polusi udara Ibu Kota berasal dari kendaraan roda dua atau sepeda motor.

Meskipun demikian, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo menegaskan sepeda motor akan tetap bebas melintas di beberapa ruas jalan yang diberlakukan kebijakan ganjil-genap.

“Motor tidak kena gagep (ganjil-genap),” kata Syafrin di Balai Kota DKI Jakarta pada Selasa, 20 Agustus 2019.

Sampai saat ini pihaknya masih terus memantau dan mengevaluasi kebijakan yang berlaku sekarang. Syafrin mengatakan bahwa simulasi yang dilakukan saat ini dinilai sudah efektif mengurangi polusi yang ada di Ibu Kota.

“Tidak. Prinsipnya seperti ini, sampai sekarang dari hasil simulasi kita ini cukup efektif. Kita pantau cukup efektif dan saat ini kita dalam tahap evaluasi belum dalam tahap kesimpulan seperti itu. Jadi jangan digiring pada kesimpulan. Ini jangan langsung kesimpulan aja,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta telah memperluas kebijakan ganjil-genap sebanyak 25 ruas jalan dan telah diuji coba sejak tanggal 12 Agustus – 6 September 2019. Sistem ini berlaku pada Senin – Jumat, kecuali hari libur, terbagi dalam dua sesi waktu yakni pukul 06.00-10.00 dan pukul 16.00-21.00 WIB.

Perluasan wilayah sistem ini merupakanbagian dari Instruksi Gubernur Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara. Gubernur DKI Anies Baswedan sengaja menerbitkan aturan ini sebagai langkah mengendalikan polusi udara di Ibu Kota.

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini