MATA INDONESIA, ISLAMABAD – Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan digulingkan dari jabatannya lewat mosi tidak percaya di Parlemen. Berembus kabar bahwa Ketua Liga Muslim Pakistan-N (PML-N) Shehbaz Sharif dipastikan akan memimpin negara bersenjata nuklir berpenduduk 220 juta jiwa itu.
Namun, siapa pun yang mengambil alih jabatan tersebut harus berurusan dengan sederet problematika ditinggalkan oleh Khan, termasuk inflasi yang melonjak, nilai mata uang Rupee yang lemah, serta utang yang melumpuhkan sektor ekonomi Pakistan.
Ancaman milisi juga meningkat, dengan dengan kelompok Taliban Pakistan dikuatkan dengan kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di negara tetangga, Afghanistan, pada pertengahan Agustus tahun lalu.
Kemarahan meningkat lebih awal ketika Sharif bersikeras mengadatan pemungutan suara – seperti yang diperintahkan oleh Mahkamah Agung pada Kamis (7/4). Loyalis Khan menuntut diskusi terlebih dahulu tentang klaim pemimpin mereka bahwa ada campur tangan asing dalam proses tersebut.
Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi menuduh kelompok oposisi mendorong negara itu ke jalan yang berbahaya.
“Sejarah akan mengekspos semua orang, yang mengatur panggung untuk langkah ini untuk menggulingkan pemerintah,” katanya, dengan teriakan “pilih, pilih” dari oposisi, melansir France24, Minggu, 10 April 2022.
Khan menegaskan bahwa ia merupakan korban konspirasi perubahan rezim yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan menuduh oposisi posisi membeli dukungan di majelis dengan “perdagangan kuda terbuka… penjualan anggota parlemen seperti kambing dan domba”.
Bukan hanya itu, ia Khan mengatakan bahwa PML-N dan Partai Rakyat Pakistan (PPP) – dua kelompok dinasti yang bermusuhan yang bergabung untuk menggulingkannya, bersekongkol dengan Washington untuk melakukan mosi tidak percaya karena penentangannya terhadap kebijakan luar negeri AS, khususnya di negara-negara Muslim seperti Irak dan Afghanistan.
Media lokal mengutip seorang pejabat komisi pemilihan yang mengatakan bahwa mereka membutuhkan setidaknya tujuh bulan untuk mempersiapkan pemilihan nasional.
Sementara itu, militer Pakistan tampaknya menjauhkan diri dari keributan saat ini. Namun, ini merupakan kudeta keempat sejak Pakistan merdeka tahun 1947 dan negara itu telah menghabiskan lebih dari tiga dekade di bawah kekuasaan rezim militer.