Demi Kesenangan, Motif Pembunuhan Pasukan Rusia terhadap Warga Sipil Rusia

Baca Juga

MATA INDONESIA, KIEV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menantang PBB bertindak tegas atau membubarkan diri. Bukan hanya menumpahkan amarah, pada pidatonya Zelenskyy juga menyebut warganya yang menjadi korban kekejaman Rusia.

Rusia sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, memiliki hak veto, yang telah berulang kali digunakan untuk memblokir resolusi dan negosiasi di panggung global.

“Jika tidak ada alternatif dan tidak ada pilihan, maka opsi selanjutnya akan membubarkan diri Anda sama sekali,” kata Presiden Zelensky, melansir France24, Rabu, 6 April 2022.

“PBB bisa ditutup begitu saja. Hadirin sekalian, apakah Anda siap untuk menutup PBB? Dan waktu hukum internasional telah berlalu? Jika jawaban Anda tidak, maka Anda harus segera bertindak,” sambungnya.

Berjenggot dan mengenakan kaos berwarna hijau militer yang kini menjadi ciri khasnya, Presiden Zelenskyy memberikan gambaran mengerikan mengenai kekejaman yang katanya dilakukan oleh pasukan Rusia terhadap warga sipil di Bucha, sebuah kota di luar ibu kota Ukraina, Kiev, dan menayangkan video grafis yang menunjukkan mayat.

“Mereka dibunuh di apartemen mereka, di rumah mereka, meledakkan granat, warga sipil dihancurkan oleh tank sambil duduk di mobil mereka di tengah jalan, hanya untuk kesenangan mereka. Mereka memotong anggota badan … menggorok leher mereka,” tuturnya.

“Perempuan diperkosa dan dibunuh di depan anak-anak mereka, lidah mereka dicabut hanya karena para penyerang tidak mendengar apa yang ingin mereka dengar dari mereka. Jadi ini tidak berbeda dengan teroris lain seperti Daesh yang menduduki beberapa wilayah, dan di sini dilakukan oleh anggota Dewan Keamanan PBB,” katanya.

“Akuntabilitas harus tak terelakkan,” katanya, seraya menambahkan bahwa ratusan ribu warga Ukraina juga telah dideportasi ke Rusia, sambungnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres membuka pertemuan dengan memperingatkan dampak global dari konflik, dengan melonjaknya harga makanan, energy, dan pupuk yang mempengaruhi hingga 1,2 miliar jiwa di 74 negara.

“Perang di Ukraina harus berhenti – sekarang,” kata Guterres kepada Dewan, setelah menyebutnya salah satu tantangan terbesar yang pernah ada bagi tatanan internasional.

“Kami membutuhkan negosiasi serius untuk perdamaian, berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB,” tuntasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini